Rabu, 07 September 2011

Cinta Mati.. #cerpen

Angin menderu keras membelai apa saja yang ditemuinya. Membuat gorden biru kamar ku terombang ambing terkena desahan nafasnya. Menebarkan aroma embun semerbak yang melayang-layang memenuhi kamarku dan dengan beraninya menerobos masuk. Aku terdiam sesaat melihat rintik-rintik hujan yang nampak terlihat lewat jendela kamarku yang terbuka lebar. Hawa dingin menggelayap dikulitku yang sedikit terbuka. Aku menarik nafas berat mengingat kejadian yang baru saja ku alami siang hari tadi, sungguh tak terfikir olehku bisa terjadi hal yang seperti itu. Aku tersenyum kecil walau hati menangis bagai teriris sembilu.

Aku terdiam sejenak. Mencoba melupakan kejadian yang baru saja ku alami. Ku pejamkan mataku dan menghembuskan nafasku sebentar. Kulangkahkan kaki menuju jendela yang masih terbuka. Ku lihat sedikit tetesan air memasuki celah kamarku yang membuat kamarku sedikit basah. Aku menerawang melihat jalan-jalan yang basah terkena air hujan. Aku berfikir. Langit juga merasakan betapa pedihnya hatiku saat melihat kekasih pujaan hatiku tengah bermesraan dengan orang lain yang tak lain adalah sahabatku sendiri.

ð  Flash Back On

“Agni. Aku bareng Sivia pergi kesana dulu ya. Mau beli peralatan olahraga, hhe. Sekalian mau berduaan.” Ucap Gabriel sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang mungkin menurutku tidak gatal. Itu hanya menutupi kesalah tingkahannya. Aku tersenyum kecil melihat kelakuan sahabatku ini.

“Boleh kan?” Kini giliran Sivia yang bertanya dengan penuh harap. “Kalo kamu keberatan aku bakalan tetep nemenin kamu disini kok. Gak jadi pergi sama dia,” Lanjutnya. Aku masih tertawa kecil melihat muka polos yang agak kekanak-kanakan itu.

“Ya bolehlah.. Masa aku ngelarang kalian buat pacaran? Terus jalan berdua? Emang aku siapa kalian? Ada-ada saja. Cepat sana kalian pergi,” Usirku sambil tertawa jahil lalu mendorong mereka berdua.

“Beneran, Ag? Gak papa kan?” Tanya Sivia sekali lagi dengan muka agak sedikit takut. Mungkin ucapanku tadi salah ya? Agak sedikit kasar mengusir mereka sehingga mereka kira aku ini marah.

“Iya, beneran gak papa kok. Suer deh,” Ucapku sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahku membentuk huruf V, pertanda aku menyetujui mereka untuk meninggalkanku untuk sebentar. Tentu saja mereka ingin merasakan banyak waktu berdua karena bisa dibilang mereka adalah pasangan yang baru dimabuk cinta.

“Makasih ya, Ag. Aku sama Sivia kesana dulu. Hati-hati,” Pesan Gabriel padaku. Lalu mereka meninggalkan ku sendiri disini. Aku tersenyum lalu mengangguk. “Bye..” Ucapku. Sivia mengacungkan jempolnya dari kejauhan.

 Aku berbalik. Entah mengapa perasaanku agak sedikit tidak enak dan ada dorongan rasa menyuruhku masuk ke dalam restoran didalam Mall itu. Kebetulan perutku sedang lapar, padahal baru saja aku makan, pikirku. Aku melangkahkan kaki memasuki restoran CagniAza yang berada di Mal itu. Ku pilih tempat yang paling pojok dari café itu. Sehingga bisa lebih dekat memesan makanan.

“Mbak..” Panggilku kepada Waiters sambil mengacungkan tanganku agar cepat terlihat karena Restoran itu cukup ramai. Waiters tersebut tersenyum lalu menghampiriku. Ia memberiku daftar menu yang terdapat direstoran itu.

“Mau pesen apa, Mba?” Tanya Waiters itu lembut dan sopan. Aku melihatnya sebentar lalu beralih lagi ke deretan daftar makanan yang terdapat dimenu.

“Saya mau pesan Spaghetti biasa aja ya, Mba. Minumnya Juice Orange aja.” Pesanku. Waiters itu mencatat semua pesananku lalu meninggalkanku untuk membuatkan pesananku. Aku menunggu sebentar. Demi menghilangkan rasa bosan pun aku melihat ke sekeliling restoran itu. Tangan ku mengetuk-ngetuk meja sehingga menghasilkan irama yang tidak bisa dibilang merdu namun bisa menghilangkan rasa bosanku. Mataku menangkap sosok seseorang yang aku kenali, sangat kenal malah. Aku mengusap-ngusap mataku, memastikan yang ku lihat itu adalah dia atau bukan. Aku segera mengambil hp ku dan mengetik sebuah sms.

To: Alvin My Sweety
Vin. Kamu sekarang dimana?
Aku lalu mengirimkan pesan itu ke Alvin. Ya, dia kekasihku. Tak lama Hpku bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk didalamnya.
From: Alvin My Sweety
Aku lagi sibuk, Sayang. Jangan sms dulu ya. Bye sweetyku..

Hatiku sakit setelah membaca sms balasan darinya. Tega-teganya ia berbohong kepadaku. Aku berdiri dan beranjak dari sana untuk menghampiri meja Alvin.

“Hay..” Sapaku sedikit ramah namun hatiku sudah bergejolak untuk mencaci dan menghabisi Alvin dengan cercaanku. Namun, itu kutahan agar bisa melihat bagaimana ekspresi Alvin ketika melihatku memergokinya bersama wanita lain yang tak lain sahabatku sendiri. Tega!

Alvin dan Wanita itu terlonjak kaget saat melihat aku sudah berdiri tegak dihadapan mereka. Aku tersenyum meski senyuman yang kalian mungkin sudah mengetahuinya yaitu senyum yang dipaksakan.

“Aaa..gni?..” Ucap nya terbata-bata dan keringat sudah bercucuran dari dahinya. Begitupun dengan Shilla, Wanita itu.

“Hay, Shill. Kenapa? Kaget ya aku disini? Gak usah kaget dong. PERSELINGKUHAN kalian sudah diketahui kok. Santai aja,” Ucap ku agak sedikit sinis memerhatikan Shilla. Shilla yang ku tatap tajam pun menunduk. Lalu aku beralih ke Alvin.

“Aku lagi sibuk, Sayang. Jangan sms dulu ya? Ini ya yang dikatakan sibuk? Oh, aku baru tau. Sibuk SELINGKUH kan? Iya kan? Haha.” Sinisku sambil tertawa, tertawa sakit. Air mataku seketika merambas menerobos pelupuk mataku. “ Hatiku teriris. Hatiku pedih melihat orang yang ku sayang tulus dari dalam hatiku selingkuh dengan orang. Tapi lebih SAKIT kalau melihat SAHABAT SENDIRI MENUSUK DARI BELAKANG!” Bentak ku kepada Shilla. Ku lihat Shilla menangis terisak. Entah menangis karena perasaan bersalah atau kecewa perselingkuhannya ini terbongkar.

“Agni.. Aku minta maaf. Aku rela ngelakuin apa aja asal kamu mau maafin aku, Ag. Aku minta maaf.” Lirih Shilla lalu memohon kepadaku. Ingin rasanya aku menjambak rambut gadis didepanku ini. Tapi aku tak setega itu, walau bagaimanapun dia dulu sahabatku. DULU! Tapi tidak untuk sekarang. Terlalu kecewa aku dengan dirinya.

“Hmm.. Sekarang lanjutin aja PERSELINGKUHAN kalian. Aku gak bakal ganggu lagi kok. Makasih banget ya udah bikin aku kecewa.” Ucapku lalu berbalik untuk pergi meninggalkan mereka. Tapi aku berbalik lagi, “Vin. Aku mau kita putus! Dan kamu Shill. Aku rasa persahabatan kita cukup sampai disini.” Ucapku akhirnya dan segera bergegas meninggalkan restoran tersebut. Tak ku hiraukan panggilan Shilla yang menyebut nama ku dengan isak tangis dan tatapan orang di Restoran itu yang ikut melihat pertengkaran ku dengan mereka yang baru saja terjadi.

ð  Flash Back Off

“Berakhir sudah,” Desahku pelan. Aku menyandarkan tubuhku diujung tempat tidurku. Ku lipat kedua kakiku dan ku peluk erat. Kurasakan detak jantungku yang berdegup kencang dan kurasakan sakitnya hatiku. Sakit itu masih kurasa walaupun aku sudah berniat melupakan dirinya, Alvin dan Shilla.
 Ingin rasanya aku menangis menumpahkan semua kesakitan dan kepedihan yang ku rasa. Aku mendekati jendela kamar ku lagi dan menerawang. Ku tadahkan tanganku merasakan resapan air hujan yang menjatuhi tanganku. Dingin, gelap, hitam yang kini kurasa dan kulihat. Aku ingin melihat pelangi sekali ini saja untuk mengingat masa-masa indahku bersama Alvin dibawah naungan pelangi. Namun, mungkin hari ini pelangi takkan muncul dan mungkin menyuruhku membuang kenangan pahit bersamanya.

Kurasa hpku bergetar dan mendendangkan sebuah lagu. Aku menghampiri hpku yang terletak diatas kasur tempat tidurku. Kuraih dan dengan secepat kilat ku lihat siapa yang mengirim sebuah sms ke Inbox hpku.

From: 0857********
Agni, please maafin aku. Aku tau aku salah sama kamu. Please, Ag. Walaupun dengan kamu membalas sms ini udah cukup, Ag.
To: 0857********
Jangan sms aku lagi.

Ku letakkan hpku dan sebelumnya sudah ku matikan terlebih dahulu. Ku rebahkan tubuhku diatas kasur dan memejamkan mataku demi menghilangkan rasa sakit ini sejenak.

                                                                            # # #

Sinar matahari mencoba menerobos masuk kedalam kamarku. Aku terbangun dari tidurku. Kulihat mentari pagi tersenyum indah menyambut hari ini. Aku segera beranjak dari tidurku dan segera ku ambil handuk untuk mandi.

Tak selang beberapa menit akupun telah siap dengan seragam sekolah SMA ku. Aku tersenyum lalu menuruni anak tangga rumahku untuk sarapan pagi ini bersama Orang tua ku dan adikku tersayang.

“Pagi Mah, Pagi Pah. Pagi, Cha.” Sapaku kepada Orang tua dan adikku. Aku lalu duduk disamping Acha yang tengah lahap memakan roti selai cokelatnya.

“Pagi, Sayang.”

“Pagi, Agni..”

“Pagi, Kak.”

Aku tersenyum lalu mengambil selapis roti dan mengoleskan selai rasa Strawberry kesukaanku. Tiba-tiba hpku bergetar. Ku lihat ada sebuah sms masuk lagi di Inbox hpku.

From: Cakka BFF
Bentar lagi ku jemput yaa..

Aku tersenyum melihat sms itu lalu ku letakkan lagi hpku ke dalam tas. Dan melanjutkan acara sarapan pagiku hari ini.

“Agnii.. kamu pagi ini berangkat sama Alvin lagi?” Tanya Papaku. Aku hampir tersedak. Aku menggeleng.

“Enggak, Pa. Aku sama dia udah putus. Sekarang aku mau berangkat sama Cakka.” Jawabku tersenyum. Mama dan Papa ku agak terkejut. Apalagi Acha yang notabennya dekat sekali dengan Alvin. Pasti orang tuaku berfikir ‘Bisa-bisanya aku putus tiba-tiba dengan Alvin’. Namun, aku menanggapinya hanya dengan senyuman.

“Gak ada yang ngasih Acha cokelat lagi dong?” Tanyanya lirih. Aku mengacak-ngacak poni adik kecilku itu. “Nanti kak Agni yang ngasih cokelat tiap hari. Gimana?” Tanya ku. Acha mengangguk antusias. “Mau kak.” Ucapnya. Aku lagi-lagi hanya bisa menanggapinya dengan tersenyum.

Tin-tin..
Kudengar klakson kendaraan motor Cakka terdengar dari luar rumahku.

“Ma, Pa, Cha. Aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum,” Pamitku lalu mencium kedua punggung tangan orang tuaku. Lalu mencium kening Acha.

“Hati-hati ya.” Pesan mamaku. Aku mengangguk dan segera menghampiri Alvin.

“Hay, Ag.” Sapanya. Aku tersenyum.

“Hay juga. Berangkat yuk, udah jam 06.30 nih,” Ajakku. Cakka mengangguk lalu menghidupkan kendaraan Cagiva Birunya dan aku langsung menaikinya dan segera pergi menuju sekolah.

                                                                         # # #

               Aku dan Cakka tengah santai berjalan dikoridor sekolah. Aku sangat merasa nyaman dengan sahabatku yang satu ini. Dia selalu ada buatku disaat aku sedih maupun senang. Tapi, semenjak aku jadian dengan Alvin. Aku melupakan dirinya. Aku tau, pasti dia sangat sakit kutinggalkan begitu saja. Namun dia dengan setia menungguku.

“Kka..” Panggilku.

“Ya?” Responnya. Ku lihat ia memasukkan kedua tangannya kedalam kantong jaketnya. Cool dikalangan para cewek-cewek disekolah. Benar saja, dia, Alvin, Rio dan Gabriel adalah 4 Most Wanted disekolah. Banyak cewek-cewek yang tergila-gila akan kegantengan mereka. Namun, aku menanggapinya hanya biasa saja.

“Maaf ya aku udah ngelupain kamu beberapa bulan ini.” Ucapku lirih sambil menunduk. Tak ingin melihat muka Cakka yang meneduhkan itu.

“Gak masalah.” Tanggapnya singkat lalu tersenyum.

                            Tak terasa aku sudah sampai didepan kelasku kelas XII-3. Sedangkan Cakka akan meneruskan perjalanannya ke kelas XII-4. Bersebelahan.

“Kka.. aku masuk dulu ya. Bye,” Ucapku. Cakka mengangguk lalu meninggalkan ku yang berdiri didepan kelas. Aku memasuki kelasku. Ku lihat Sivia tengah santai duduk bersama Gabriel kekasihnya.

“hay. Pagi-pagi udah pacaran aja.” Godaku lalu meletakkan tasku diatas kursi disampingSivia. Aku duduk berdua dengan Sivia. Tak ayal lagi aku bersahabat dengannya sangat dekat.

“Gak pacaran kok. Cuma mesra-mesraan aja.” Balas Gabriel. Sivia melotot lalu menjitak kepala pacarnya itu.

“Sama aja, Sayangg..” Gemes Sivia.

“Cie udah pake-pake sayang-sayangan.” Godaku lagi. Sivia dan Gabriel Cuma nyengir. Kulihat muka Sivia mendadak menjadi serius. Perasaanku mulai tidak enak. Pasti bakalan ada yang dia tanyakan.

“Agnii.. Kamu udah gak sahabatan lagi sama Shilla? Kamu juga putus sama Alvin?” Tanya Sivia. Tuhkan, benar saja dugaanku. Pasti ada yang ditanyakannya.

“Putus sama Alvin?” Ulang Gabriel yang heran plus kaget. Aku tersenyum tipis.

“Hhhh…” Kutarik nafasku yang terasa berat. Ku hembuskan dengan sekali hentakan. Menguatkan batinku untuk bercerita.

                Ku ceritakan semua dari awal hingga akhir. Sivia dan Gabriel tersentak kaget ketika mereka mendengar tuturanku. Sivia dan Gabriel menggenggam tangannya kuat-kuat. Mereka ikut emosi kepada Shilla dan Alvin yang tega mengkhianatiku. Apalagi Shilla adalah (mantan) sahabatku.

“Kurang ajar mereka berdua, Vi. Gak bias dibiarin.” Emosi Gabriel. Mereka sudah ingin beranjak keluar kelas namun ku tahan.

“Iel, Vi. Gak usah. Aku udah mau ngelupain mereka kok.” Cegahku.

“Tapi, Ag….” Ucap Sivia. Aku menggeleng tanda tak menyetujui, mereka berdua pun kembali ke tempat mereka semula.

“Thanks ya,” Ucapku. Mereka berdua mengangguk pasrah.

# # #

                Aku, Sivia, Gabriel dan Cakka kini tengah berada dikantin untuk menikmati waktu istirahat yang hanya sebentar ini. Tak jarang kami bercanda bersama menghilangkan rasa jenuh daripada harus berdiam-diaman saja. Aku sangat terhibur dan melupakan masalah dalam hidupku walaupun hanya untuk sejenak. Tiba-tiba ada yang menarik tanganku.

“Ag. Please aku mau bicara.” Pinta orang itu adalah yang tak lain adalah Alvin. Disampingnya berdiri Shilla dengan wajah sendu namun aku tak akan pernah sekalipun akan kasian lagi pada mereka berdua.aku mencoba melepaskan cengkraman tangan Alvin. Cakka hanya santai melihat kejadian ini. Namun berbeda dengan Sivia dan Gabriel yang  sudah mengepalkan tangan mereka kuat-kuat demi menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun.

“Lepasin. Gak ada lagi yang perlu kita bicarain,” Balasku dingin. Aku tak mau lagi berbicara dengannya. Buat apa? Mereka siapa-siapa ku bukan. Rasa KECEWA ini melebihi rasa sakit akibat teriris sebuah pisau.

“Tapi, Ag. Aku sayang sama kamu.” Ucapnya dengan perasaan tak bersalah sedikitpun. “Kita ulang dari awal ya?”

BUGK!

Bogeman mentah diterima Alvin dari Gabriel. Ia jatuh tersungkur. Ujung bibirnya sedikit mengeluarkan cairan berwarna merah, darah. Emosi Gabriel kini meledak tak bisa ditahan lagi.

“Gue gak nyangka lo bisa setega ini sama Agni, Vin. Lo itu BEGO atau gimana sih? Jelas-jelas lo tau Agni itu cinta banget sama lo. Tapi kenapa lo tega mengkhianati dia? Bajingan!” Satu bogeman lagi diterima Alvin dari Gabriel. Mukanya kini memar. Sivia dan Cakka segera melerai pertikaian itu.

“Gue sama lo bukan sahabat lagi! Ingat itu!” Sinis Gabriel yang emosinya kini sudah bisa terkendali. Ia duduk kembali ditempat nya semula. Namun, wajahnya masih menunjukkan muka kesal dan marah. Shilla segera menolong Alvin yang jatuh tersungkur. Lalu membopongnya untuk pergi dari sana. Aku hanya bisa menangis melihat kejadian ini. Sivia dan Cakka segera menenangkanku, dengan lembutnya Cakka memelukku dan mengusap rambutku dengan pelan. Aku sangat nyaman berada didekat Cakka. Aku meresapi kehangatan ini walaupun hanya untuk sebentar.

# # #

                   Aku pulang agak sedikit terlambat demi menyelesaikan tugas yang segunung ini dikelasku sendirian. Koridor sekolah pun sudah sangat sepi. Namun aku masih berkutat dengan laptop didepanku.

Tap.. Tap..

Kudengar langkah kaki seseorang mendekati kelasku. Namun, itu mungkin penjaga sekolah saja, pikirku. Langkah itu semakin dekat dan terdengar jelas.

“Cakka?” Gumamku saat melihat siapa yang kini memasuki kelasku. Dugaanku salah tentang penjaga sekolah. Aku yang tengah membereskan buku-buku diatas mejaku dan berniat untuk menyelesaikan tugasku dirumah pun menghentikan aktifitas ku sebentar.

“Kenapa belum pulang?” Tanya ku sambil memperhatikannya. Ia lalu duduk dengan seenaknya diatas mejaku.

“Nungguin kamu, Ag.” Jawabnya singkat. Aku Cuma membulatkan mulutku lalu melanjutkan tugasku untuk membereskan buku-buku ini.

“Selesai,” Ucapku setelah selesai memasukkan semua buku kedalam tasku. Aku lalu merenggangkan tanganku dan duduk sebentar.

“Yuk pulang.” Ajak Cakka. Aku mengangguk dan segera mengekornya dari belakang.

#

“Loh, Kka? Kamu mau bawa aku kemana?” Tanya ku setelah merasa jalan yang ditempuh Cakka bukan jalan untuk pergi kerumahku. Namun, Cakka hanya diam dan aku Cuma mengikutinya.

                       Cakka memberhentikan motornya disebuah tempat. Lebih tepatnya danau. Danau itu sangat indah. Aku menyukainya. Aku segera berlari mengitari danau dan duduk dipinggirnya. Cakka tersenyum melihat kelakuanku yang seperti anak kecil. Alvin ikut duduk disampingku.

“Ag…” panggilnya lembut. Aku menoleh.

“Ya?” Responku yang masih menatap dirinya dan lalu mengalihkan pandanganku keair danau yang sangat jernih.

“Aku suka sama kamu, Ag. Kamu mau gak jadi pacarku? Aku udah suka sama kamu, Ag. Udah lamaa banget sebelum Alvin kenal sama kamu. Waktu denger kamu jadian sama dia ingin rasanya aku bunuh diri waktu itu. Namun aku tau itu hanya sia-sia. Jadi aku rela nunggu kamu selama ini, Ag.” Tembak Cakka dengan jelasnya ia mengungkapkan isi hatinya selama ini. Aku termenung. Sebegitu jahatkah aku sehingga tak bisa peka terhadap perasaannya? Sebegitukah? Aku termangu mencerna kata-kata Cakka tadi. Aku mohon jadikanlah ini mimpi, mimpi dalam bunga tidur yang melayang-layang dibawah alam sadar manusia. Tapi.. INI NYATA! Oh, Tuhan!

“Aku jahat, Kka.” Lirihku pelan. Tak terasa air mata ini merambas membanjiri pipiku. “Aku jahat udah gak bisa peka terhadap perasaan kamu. Aku jahat!”

“Kamu gak jahat, Ag. Gak jahat.” Kata Cakka lalu menghapus air mataku dengan kedua tangannya. Dia tersenyum. Tubuhku ditariknya agar menghadap dan menatap tepat di  manik matanya.

“Kamu mau jadi pacarku?” Tanya Cakka sekali lagi. Matanya, menampakkan ketulusan yang amat dalam. Aku pun mengangguk.

“Aku mau.” Balasku. Cakka tersenyum bahagia lalu memelukku dengan erat. Aku membalas pelukannya dan bisa merasakan detak jantungnya yang berirama. Memompa darah dengan cepat disetiap denyut nadinya. Aku merasakan kehangatan dalam pelukannya itu.

“Oiya, Ag. Aku ada sesuatu buat kamu.” Ucapnya lalu melepas pelukannya terhadap diriku. Aku menatapnya dengan perasaan penasaran.

“Apa?” Tanyaku. Dia tersenyum lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. KALUNG! Yah, sebuah kalung berbandul liontin. Cakka lalu memasangkan kalung itu ke leherku.

“Makasih banyak, Kka. Aku sayang kamu.” Ucapku lalu menatap bandul kalung itu bertuliskan ‘CaGniAlwaysTogether’. Cakka menarikku lagi dan mencium keningku.

“Sama-sama sayang. Aku sayang kamu juga.” Ucapnya. “Pulang yuk.” Ajaknya. Aku mengangguk dan segera beranjak dari sana dengan dirinya.

                Perasaanku tiba-tiba tidak enak. Apa yang bakalan terjadi dengan diriku dan Cakka? Langit juga tampak begitu gelap. Aku takut sesuatu bakalan terjadi denganku dan Cakka.

“Ag.. Remnya blong!” Ucap Cakka tiba-tiba. Aku terlonjak kaget. Perasaanku memang benar. Sesuatu akan terjadi.

“Bagaimana, Kka? Kita bagaimana?” Tanyaku panik. Cakka menggeleng tanda tidak tau. Ia nampak sangat panik. Ia berusaha semampu mungkin supaya kendaraan yang kami tumpangi tidak oleng.

CKITTT.. BRAK!

Agni dan Cakka terpental jauh. Kendaraan Cakka oleng dan terbentur trotoar jalan. Mereka berdua tak sadarkan diri. Orang-orang tengah berdatangan untuk menolong mereka berdua. Namun, semua sia-sia. Takdir sudah berkehendak lain. Agni dan Cakka sudah tenang dialamnya yang baru. Cinta terakhir yang didapatkan oleh Agni. Cinta suci yang selama ini yang didambakannya. Kalung berbandul ‘CaGniAlwaysTogether’ itupun bersimbah darah. Warnanya yang perak kini berubah jadi merah pekat. Hujan turun dengan derasnya mengiringi pasangan cinta sejati Agni dan Cakka pergi untuk selamanya.

# # #

                   Penantianku selama ini sudah terobati. Aku sudah menemukan cinta yang telah lama ku dambakan. Dulu, aku berharap cinta sejatiku itu adalah Alvin. Namun, ternyata bukan. Terimakasih, Tuhan. Kau telah tunjukkan siapa cinta sejatiku. Walaupun kau menunjukkan nya dengan cara begini…

# # #

                   Terimakasih, Tuhan. Kau telah berikan sisa waktuku untuk menyatakan semua perasaanku terhadapnya. Sungguh aku bahagia. Ternyata dia membalas perasaanku selama ini. Tak sia-sia aku menunggu dirinya. Aku kini dan dia sudah tenang dialam baruku dan bersama selamanya dengan dirinya.

# # #

                   Tuhan, sebenarnya aku tak rela melepas Agni pergi. Aku yang terlalu bodoh sudah meninggalkan cinta tulus darinya dan selingkuh dengan wanita lain. Aku terpengaruh oleh nafsu sesaat. Oh, Tuhan! Kini dia sudah tenang dialam barunya. Maafkan semua kesalahanku, Ag….

# # #

                  Tuhan. Tolong maafkan aku! Aku telah tega mengkhianati sahabatku sendiri dengan berselingkuh dengan kekasihnya. Aku terkutuk oh, Tuhan! Sekarang, ku serahkan semua padamu untuk menghukum diriku dengan karmamu.

# # #

                   Sekarang dirimu sudah tenang dialam sana, sahabatku. Semoga beban deritamu tak lagi kau rasakan setelah kau merasakan alam barumu bersama kekasih pujaan hatimu yang sesungguhnya. Do’a ku selalu menyertaimu….

# # #

                    Agni.. semoga dirimu tenang disana. Cakka, aku tau kau sangat mencintai Agni. Jaga dirinya baik-baik jangan pernah kau sakiti sekalipun. Bila kau memang sungguh-sungguh cinta padanya. Tuhan telah mengatur cinta dan takdir kalian berdua, untuk selamanya..

Tidak ada komentar: