Sabtu, 15 Oktober 2011

Aku dan Bintang (Part6)


******

Sivia yang tengah asyik memainkan gelas juice minumannya tadi pun perasaannya mendadak tidak enak dan gelas yang dipegangnya tadi pun jatuh dan pecah. Pikirannya langsung tertuju kepada Agni. Sontak Rify dan Alvin menoleh kearah dirinya.

“Kenapa, Siv?” Tanya Alvin khawatir dengan keadaan kekasihnya. Begitupun dengan Rio dan Ify menatapnya seakan akan bertanya kamu-kenapa-Vi?

“Perasaan aku gak enak aja,” Ujar Sivia. Tangannya mengeluarkan keringat dingin. Alvin mengusap-ngusap punggung Sivia dengan perasaan ikut bingung namun tetap dengan mencoba untuk menenangkan Sivia.

******

Kepala Agni pusing dan semua pandangannya seakan berputar. Menambah perutnya semakin mual dan membuatnya mau muntah. Pandangannya tiba-tiba gelap dan ia tak sadarkan diri dipangkuan Cakka. Cakka yang menyadari hal ini pun segera melepaskan headset ditelinganya dan memperbaiki keadaan Agni.

“Ag.. Lo kenapa, Ag? Agni.. Hey bangun, Ag! Jangan bercanda deh.” Cakka mengguncang-guncangkan tubuh Agni dengan kuat. Namun Agni tak kunjung jua sadarkan diri. Cakka panik lalu dengan segera ia menggendong Agni untuk membawa Agni ke Rumah Sakit terdekat.

*******

Dokter tengah memeriksa keadaan Agni. Sedangkan Cakka tengah mondar-mandir diluar ruangan dengan perasaan kalut akibat Agni pingsan.

Tak berapa lama dokter keluar dari ruangan Agni.

“Dok. Gimana keadaan Agni?” Sambar Cakka saat melihat dokter keluar dari ruangan. Dokter itu tersenyum.

“Agni tidak papa. Dia hanya pusing dan mual akibat dia mungkin tidak sarapan tadi pagi sehingga maag nya kambuh. Dia boleh pulang sekarang. Dan saya permisi dulu.” Dokter itu lalu berlalu dari hadapan Cakka. Cakka segera masuk keruangan Agni. Dilihatnya Agni tengah cemberut melihat dirinya saat masuk ke dalam ruangan.

“Huh!” Agni lalu memalingkan mukanya ke arah jendela. Cakka yang mengetahui Agni sedang ngambek pun Cuma tersenyum tipis.

“Cihh. Ngambek.. Masa cewek jadi-jadian ngambek sih? Gak baik ah. Gak cocok tau..” Goda Cakka lalu duduk disamping Agni. Agni mengalihkan pandangannya ke wajah Cakka.

“Gimana gue gak ngambek. Lo gue panggil-panggil gak ngeliat ke arah gue sama sekali. Lo nya asyik dengerin lagu daripada ngejagain gue. Kan kata tante Idha sama Bunda lo harus jaga gue sepenuhnya saat mereka ke Amerika. Tapi lo malah ngelakuin hal yang sebaliknya!” sungut Agni lalu melipat kedua tangannya didada. Mukanya cemberut.

“Ooohh. Jadi pengen gue jagain nih?” Tanya Cakka yang lebih menjurus ke menggoda lalu menoel dagu Agni. Muka Agni memerah. Cakka terkekeh.

“Hmm.. Ag,” Panggil Cakka. Agni berpaling dan dengan tatapan seolah-olah bertanya a-p-a?

“Gue mau ngomong sesuatu sama lo. Gue… gue…” Cakka tergagap. Keringat dingin bercucuran dari dahinya. Agni hanya mengerutkan keningnya tanda bingung. “Gue cinta dan sayang sama lo sejak kejadian malam itu. Would you want to be my girlfriend?” Tembak Cakka lancar. Wow! Membuat Agni terbelalak kaget.

 “Serius?” Tanya Agni memastikan. Cakka mengangguk antusias layaknya anak kecil yang akan dikasih lolipop. Agni mengangguk lalu berfikir sejenak. Cakka menunggunya dengan deg-deg serrr.

“Sorry. Gue gak bisa.” Jawab Agni lantang. Raut wajah Cakka berubah kecewa. “Gue gak bisa kalo nggak nerima lo cakdut.” Lanjut Agni yang membuat raut wajah Cakka bagai langit yang diberi kembang api dengan berwarna-warni membuat langit terlihat indah.

“Thank you my baby.” Cakka sontak memeluk Agni, Agni membalas pelukan Cakka dan mereka akhirnya pulang dari Rumah Sakit.

#Sumpah.. Gak romantis sama sekali. Masa nembaknya diRumah Sakit? =.=”#

******

Agni dkk kini tengah berkumpul di basecamp mereka atau di balkon kamar Agni. Asyik memakan cemilan dan tengah membicarakan bagaimana Cakka bisa menyatakan cintanya dengan Agni. Kan mereka asalnya musuhan. Berbondong-bondong pertanyaan dilontarkan oleh Ify dan Sivia.

“Ciieh. Udah punya pacar nih. PJ dongg…” Pinta Ify melas sambil menarik-narik kaos yang sedang dipakai Agni. Agni risih lalu melepaskan tangan Ify dari bajunya.

“Apaan sih, Fy. Kurang kerjaan banget kamu narik baju ku.” Sewot Agni lalu membuka snack yang masih tertutup rapat.

“Bener tuh kata Ify, Ag. Ayolah PJ. Dulu waktu lo jadian sama Patton aku sama Ify juga gak dapat apa-apa.” Sungut Sivia dengan muka cemberut. Agni malah melemparnya pakai bungkus snack yang kosong.

“Gak perlu! Kalo mau. Minta saja sama Cakka. PJ bukan urusan ku,” Agni lalu beranjak dari balkon menuju kamarnya untuk mengambil benda kesayangannya. Boneka pemberian Cakka dari rumah sakit dan handphonenya.

Tok.. Tok..

Pintu kamar Agni diketuk oleh seseorang. Agni segera menuju pintu dan membukanya. Terlihat Ayahnya sedang berada didepan pintu kamarnya.

“Eh, ayah. Kenapa yah? Masuk yuk.” Ajak Agni. Ayahnya menggeleng. Memang, yang pergi ke Amerika Cuma Bundanya. Ayah Agni lebih memilih untuk menjaga Agni daripada liburan-liburan seperti itu. Acha pun ikut serta bersama Bunda Agni.

“Ayah Cuma mau bilang. Kamu sudah Ayah belikan rumah. Dan kamu bisa menempati rumah itu bersama Sivia dan Ify. Kalau enggak, ajak saja Cakka ikut serta untuk tinggal dirumah itu. Lagian rumahnya juga cukup besar kok. Hmm, sudah. Ayah Cuma mau bilang itu saja.” Agni yang masih cengo atas ucapan Ayahnya dan sampai belum menyadari Ayahnya telah hilang dari hadapannya. Rumah? Ajak Cakka? Pikirnya.

“Wey!” Sivia menepuk pundak Agni. Agni yang melamun pun tersadar. Lalu mereka kembali ke basecamp / balkon kamar Agni.

“Kenapa, Ag?” Tanya Ify yang tengah asyik mencomoti Ice Cream punya Agni dengan lahapnya. Agni melengos.

“Aku dibeliin rumah sama Ayah. Dan kata Ayah kalian boleh ikut tinggal disana. Mau gak?” Tawar Agni. Ify dan Sivia cengo lalu saling berpandangan. Agni berfikir pasti mereka tak mau. Masa dia harus tinggal sama Cakka? Yang benar saja.

“Kami mau!” serempak Ify dan Sivia dengan semangat. Agni yang tadi menunduk pun memperhatikan wajah SiFy. Mereka mengangguk seolah-olah mengerti atas tatapan Agni.

“Aaaa.. Thank you!” Agni lantas memeluk kedua sahabatnya itu dengan perasaan gembira. “Tapi.. Rio sama Alvin boleh ikut gak?” Tanya Ify. AgVia melepaskan pelukannya. “Bener tuh, Ag. Boleh gak?” Lanjut Via. Agni nampak menimbang-nimbang dan tak lama mengangguk.

“Thanks, Ag.” Ucap Sivia. Agni mengangguk lalu mereka melanjutkan acara makan-makan dan ngemil diatas balkon sembari mengoceh ria.

******

Hari ini Agni dkk dan Cakka dkk bersiap-siap untuk pindah kerumah baru Agni. Semuanya berkumpul dirumah Agni, namun hanya Cakka yang datang paling awal.

“Eh? Temen-temen yang lain mana?” Tanya Agni heran saat melihat Cakka Cuma sendirian didepan pintu rumahnya. Cakka mengangkat bahunya tanda tidak tau. Agni melirik jam yang menempel didinding rumahnya. Dilihatnya baru jam 9 pagi. Mereka kan janjian jam 10 pagi.

“Ngapain kamu datang jam segini?” Tanya Agni tanpa mempersilahkan Cakka masuk ke dalam rumahnya.

“Mau ketemu Ayangku. Hhe,” Jawab Cakka nyengir. Agni menggetok kepala Cakka pakai tangannya dan mempersilahkan Cakka masuk dan menuju kamarnya. Sedangkan dirinya mengambil minuman didapur.

*******

“Ihh. Baru pertama kali aku masuk ke dalam kamar kamu, Ag.” Ujar Cakka saat melihat dalam kamar Agni. “Eh, itu kan pemberian ku ya?” Tanyanya saat melihat boneka berjejer diatas meja belajar Agni. Agni mengangguk.

“Tuh minum.” Suruh Agni. Sedangkan dia asyik membolak-balik majalah sport otomotif. Cakka manyun.

“Gak disuruh duduk gitu pacarmu yang ganteng ini?” Tanya Cakka cemberut.

“Oh. Duduk aja dibawah.” Jawab Agni tanpa mengalihkan pandangannya. Cakka malah duduk disamping Agni.

“Eh?” Agni kaget saat Cakka merebahkan kepalanya diatas pahanya. “Ngapain lo?” Tanya Agni. Cakka tak menghiraukannya dan memejamkan matanya. Tak mau terganggu aktifitasnya melihat-lihat majalah. Agni meletakkan majalah itu diatas muka Cakka dan dengan santainya melihat-lihat kembali majalah itu.

*******

“Huaaahh, Ag. Rumahnya besar banget!” Teriak Ify norak saat melihat rumah yang bakalan mereka tempati berenam. Sivia menjitak kepala Ify.

“Idih, norak banget sih, Fy! Biasa aja tau,” Sewot Sivia. Ify Cuma memeletkan lidahnya. Mereka pun masuk ke dalam rumah dan Agni pemilik rumah kaget kamar dirumah sebesar itu Cuma mempunyai dua kamar. Terpaksa satu kamar harus diisi tiga orang. Alvin, Cakka dan Rio dikamar dilantai bawah sedangkan Agni dkk dikamar lantai atas.

“Gue ke kamar dulu ya Ify sayang. Sampai nanti..” Kata Rio lebay sambil memberikan kiss bye kepada Ify. Ify hanya bergidik ngeri dan mereka segera menuju kamar masing-masing.

******

“Ih, Ag. Ayah kamu kayak peramal aja. Bisa aja nyediain tempat tidur 3 buat kita.” Kata Sivia lalu duduk diatas kasur yang empuk itu. Ia sangat menikmati ruangan yang sangat sederhana namun nyaman sekali.

Ify tengah asyik memasukkan semua baju-bajunya ke dalam lemari. Tak lupa ia membawa kalung yang dipilihkan oleh Rio saat ditoko accessoris kemaren.

“Cie. Kalung dari siapa tuh?” Cibir Sivia saat melihat Ify memegang kalung berbandul bintang itu. Ify menoleh dan didapatinya Sivia yang tengah berdiri tepat dibelakangnya.

“Ini kan kalung yang ku beli waktu kamu beli gelang itu.” Tunjuk Ify pada gelang yang tengah dipakai Sivia ditangan kanannya. Sivia Cuma berO ria dan kembali duduk diatas kasurnya, tak lama ia merasa mengantuk dan tertidur.

“Ih, dasar kebo!” Umpat Agni saat melihat Sivia tengah terlelap di alam mimpinya. Ify Cuma mengangkat kedua bahunya.

*****

Gadis tomboy yang satu ini tengah asyik menikmati acara main basketnya sore ini. Walaupun matahari tengah terik memancarkan sinarnya namun sama sekali tak membuatnya berniat untuk berhenti dipermainan basketnya itu. Malah seperti mendorong dan memberinya semangat untuk tetap melakukannya.

‘PLOK PLOK PLOK’

Tepuk tangan dari belakang nya terdengar. Secara reflex gadis itu berbalik dan ia terkejut dengan siapa yang didapatinya dibelakang.

“Mau apa lo kesini?” Tanya gadis itu dengan nada sedikit membentak. Orang yang dibelakangnya Cuma tersenyum miring.

“Hallo pacar gue ter… Ups, gue baru inget gue udah putus sama lo!” Sinisnya lalu dengan langkah santai ia mendekati gadis itu. Gadis itu mundur secara perlahan ke belakang. “Tenang. Gue gak bakal ngapa-ngapain elo kok, Cuma mau ngebikin elo menjadi milik gue seutuhnya sekarang dan bakalan bikin elo merasakan bagaimana sakitnya gue saat elo putusi waktu itu.” Lanjutnya dengan nada masih terdengar sinis.

“Jangan macem-macem lo sama gue! Gue gak segan-segan bakalan laporin lo ke polisi kalau lo berbuat macem-macem.”  Ancam gadis itu. Walaupun agak sedikit takut dengan cowok didepannya ini, namun ia berusaha agar terlihat tak takut sama sekali. Walaupun ia tau cowok atau mantan bekas pacarnya ini bisa melakukan hal yang nekat terhadap dirinya.

“Kalau lo gentle jangan beraninya sama cewek.” Ujar Cakka dengan santainya yang berdiri tepat dibelakang mereka. Cowok itu berbalik dan mendapati Cakka tengah santai memainkan bola basketnya.

“Siapa lo? Jangan sok ikut campur deh! Ini urusan gue sama pacar gue.” Ucap cowok itu dengan nada sebuah bentakan. Cakka itu menghentikan permainan basketnya dan matanya memancarkan sorot tajam lalu menatap ke arah Agni. Yah, gadis itu adalah Agni. Agni menggeleng dengan cepat seolah mengerti tatapan Cakka ‘Apa-benar-dia-cowok-lo?’

“What?! Dia cewek lo? Gue harap lo jangan mimpi. AGNI ITU CEWEK GUE DAN LO JANGAN PERNAH NGAKU-NGAKU!!” Ucap Cakka tajam dengan sorot mata memancarkan bahwa emosinya kini memuncak. Cowok didepannya itu tersenyum sinis.

“Ooh. Ternyata elo cowok barunya dia?? Wah…………………”

BUGK!

Cowok itu langsung memberikan Cakka bogeman mentah dari tangannya yang membuat Cakka tersungkur dan ujung bibirnya sedikit berdarah. Agni refleks berlari kearah Cakka dan membantunya berdiri. Agni kini emosi dengan tingkah Patton seenaknya terhadap pacarnya. Yah, mantan Agni itu adalah Paton dan yang berdiri didepan mereka sekarang.

“MAULO APA SIH?? SEKARANG LO SAMA GUE UDAH GAK ADA HUBUNGAN APA-APA! JADI GUE MAU LO PERGI DARI SINI. PERGI LO!!” Bentak Agni. Mukanya memerah menahan emosinya. Patton hanya berdecak sinis lalu melangkah santai pergi dari hadapan mereka,  sebelum melewati Agni ia memberikan sebuah kiss bye terhadap Agni. Ckck, gak tau malu!

Cakka yang emosi nya telah memuncak pun segera berdiri dan memberikan bogem mentahnya kepada Patton secara berkali-kali yang membuat Patton kini babak belur dengan mukanya yag sedikit membiru. Patton meringis menahan sakit terhadap mukanya.

“Jangan pernah lagi lo ganggu cewek gue!” Peringat Cakka lalu menarik Agni untuk pergi dari sana. Patton tak menghiraukannya dan menatap punggung mereka berdua yang semakin jauh dengan perasaan kesal, dan mungkin akan ada perbuatan yang lebih dari ini yang akan dilakukannya terhadap Cakka dan Agni.

*****

“Aww…” Rintih Cakka saat Agni mengobati mukanya yang agak sedikit memar disekitar bibirnya. Agni yang mengobati pun menghentikan acara mengobati Cakka dan menatap Cakka cemas.

“Aduh.. Gimana dong?? Sakit banget ya, Kka??” Tanya Agni khawatir.

“Sakit dong, Ag. Kamu nya ngobatin kayak ngobatin tembok aja,” Rengut Cakka. Rio-Ify yang mendengar keluhan Cakka yang terus menerus pun merasa jengkel dengan kelakuan Cakka yang seperti anak kecil. Rio berdiri lalu duduk disamping Cakka.

“RIOOOO BENGGEEKKK!! GUEE SAKITT  TAPLAK!!” teriak Cakka spontan saat Rio menekan memar dimukanya. Rio hanya cekikikan. Cakka langsung mengobrak-abrik kepala Rio dan menarik rambut Rio dengan bernafsu. Ify dan Agni yang melihat adegan itu Cuma cengo yang dibuatnya.

“Adaaww!! Ampuunnnn!!” Teriak Rio dengan suara menahan sakit. Cakka yang puas pun menghentikan aktifitasnya dan tertawa lebar. Ia membungkukkan badannya dan menoleh ke arah Rio (ceritanya Rio menunduk).

“Peace :p” Ucap Cakka santainya lalu duduk kembali seperti semula.

*****

“Say, itu ada apaan sih Rio sama Cakka teriak-teriak dibawah??” Tanya Alvin bingung sambil menatap Sivia yang berada disampingnya. Sivia menggeleng.

“Aku kan dari tadi sama kakak disini. Malah nanya ke aku,” Jawab Sivia manyun.

“Hhe, maaf ya princess ku!!” Ucap Alvin lalu mencubit kedua pipi chubby Sivia. Sivia Cuma mengangguk.

*****


“Peace :p” Ucap Cakka santainya lalu duduk kembali seperti semula.

“Ag.. Emangnya yang ngehajar Cakka siapa sih??” Tanya Ify. Agni menoleh kearah Ify yang duduk didepannya. (ditengah-tengah mereka ada meja)

“Biasa lah, si Patton. Aku tau dia tergila-gila sama aku.” Narsis Agni. Cakka langsung menjitak kepala Agni.

“Sakit tau!!” Ringis Agni sambil mengusap-ngusap kepalanya. Sedangkan Rio sedang bermanja ria dengan Ify dan merayunya untuk mengobati kepalanya yang sama sekali tidak papa. Ify menolak permintaan Rio mentah-mentah.

*****

Tidak ada komentar: