Senin, 26 September 2011

Aku dan Bintang (Part1)


# # #

“Bintaannggg..” Teriak seorang gadis dengan suka cita merentangkan kedua tangannya dipinggir bukit. Pemandangan indah terlihat dari atas bukit sana.

Remang-remang  bulan dan lampu disekitar bukit terlihat menemani malam nya sekarang. Gadis itu duduk bersimpuh diatas rerumputan yang tumbuh dibukit itu. Matanya menatap ke langit dengan senyum mengembang dibibir mungilnya. Bintang dilangit seakan tau kehadiran gadis remaja yang manis itu. Sejak kecil ia suka kebukit ini dan sudah hafal dengan keadaan sekitarnya. Dan ia tau semua yang akan terjadi besok melalui petunjuk dari bintang.

“Bintang malam ini cuacanya bagus, berarti besok gak terjadi apa-apa. Nah disitu, bintangnya terang. Berarti besok cuaca gak panas juga gak dingin.” Gumamnya sendiri sambil melihat-lihat letak dan cahaya bintang tersebut.

“Wahh. Ada bintang Scorpio.” Teriaknya girang. Saat melihat bintang berbentuk layang-layang tergambar jelas diatas langit dengan cahaya yang bersinar paling terang diantaranya.

“Untung lagi malam ini. Fhoto ahh..” Ia lalu mengeluarkan kamera dari dalam tas yang dibawanya. Dan menjeprat-jepret hasil fhoto bintang scorpio itu. Tak lama fhoto pun keluar dari kamera. Hasil bidikannya itu dijadikannya sebagai koleksi dibuku ‘Special Of Star’. Ia lalu menempelkan fhoto itu dan memasukkan kembali kamera kedalam tasnya.

“Hoaammss..” Ucapnya menguap. Rasa kantuk kini mulai menyerang dirinya. Ia berniat pulang dan tak ketinggalan memberikan senyuman kepada bintang-bintang. Seakan membalas senyuman gadis itu, bintang itu menampakkan cahayanya lebih terang. Gadis itupun beranjak dari sana.

*****

“Sayang.. Ayo bangun. Udah siang.” Ucap seseorang lembut lalu membangunkan anak gadisnya itu yang masih bergulat dengan selimut. Anak itu menarik selimutnya kembali.

“Dede masih ngantuk, Bunn.. Tadi malem abis ngejenguk bintang diatas bukit.” Ucapnya lalu menutupi dirinya dengan selimut. Ia sudah terbiasa dari kecil dengan menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Dede. Itu panggilan dari kakak tersayangnya yang sudah dipanggil Maha Kuasa disaat kakaknya berumur 10 tahun.

“Masa anak cewek tidurnya kayak kebo? Gak baik ah. Udah jam 10 siang loh. Gak ada jadwal pemotretan orang gitu? Atau sekedar buang iseng?” Tanya Bundanya yang masih dengan setia menunggu anaknya bangun dari tidurnya. Gadis itu membuka selimutnya dan menatap mamanya dengan mata yang masih setengah terpejam.

“Gak ada, Ma. Agni sekarang LITOL! Libur Total.” Balas Agni lalu menutup dirinya dengan bantal. Lalu mencoba memejamkan matanya lagi.

“Bundaaaa… Ampun deh. Agni segera mandi beneran.” Teriak Agni saat mamanya menarik kakinya untuk menyeretnya kedalam kamar mandi. Agni lalu duduk dan dengan cepat-cepat mengambil handuk dan segera mandi.

*****

Dengan bermodalkan kaos lengan pendek berwarna hitam dan jeans selutut dengan rambut dikuncir satu ia menyudahi dandanannya hari ini. Tak perlu banyak waktu dan mengeluarkan banyak uang untuk mendandani dirinya. Dengan segini pun sudah lebih dari kata CUKUP!
Agni lalu menuruni anak tangga rumahnya dan menuju ruang makan untuk sarapan. Dilihatnya Ibu dan Adiknya sudah menunggu dimeja makan untuk makan bersama.

“Ayah mana, Bun?” Tanya Agni saat melihat ayahnya tak ikut makan bersama. Ia lalu duduk disamping Acha, adik semata wayangnya.

“Ayah sudah berangkat kerja dari tadi pagi. Kamu sih tidurnya kayak kebo.” Jawab Bundanya. Agni hanya membulatkan mulutnya lalu mengambil selapis roti untuk dimakannya pagi ini.

*****

“Kak.. Acha mau liat hasil potretan bintang kakak tadi dong.” Pinta Acha lalu duduk disamping Agni yang tengah asyik menonton televisi.

“Ambil aja dikamar kakak. Tau tempat yang biasanya kan?” Ucap Agni. Acha mengangguk dan dengan langkah cepat ia segera naik kelantai atas untuk melihat jepretan kamera dari tangan Agni.

*****

Agni tengah asyik menikmati cemilannya diteras depan. Ia tengah melihat-lihat majalah olahraga yang ditangannya dan sesekali berdecak kagum dengan apa yang tengah diliatnya. Tak seperti gadis lain yang menyukai fashion dan anti sekali dengan Olahraga. Tapi dia malah sebaliknya. Sosok gadis yang menyukai Astronomi dan Olahraga.

“Wah. Ini nih bagus. Mobil Sport yang gue suka.” Decak Agni saat melihat sebuah mobil yang terdapat dimajalah itu.

Teng.. Tong..
Disaat asyik tengah menikmati suasana siang itu ada saja hal yang menganggunya. Sungguh menyebalkan, umpatnya. Agni lalu membukakan pintu gerbang rumahnya.

“Eh, tante.” Ucap Agni ketika melihat siapa yang datang. Tante Idha, teman Bundanya. Namun, dia tak sendirian. Agni melihat sosok cowok cukup tinggi dengan bentuk badan yang bagus berada disamping Tante Idha. Wajahnya tak tampak oleh Agni karena menggunakan kacamata hitam yang cukup besar.

“Bunda kamu ada?” Tanya tante Idha dan sekaligus membuyarkan lamunan Agni.

“Ada kok, tan. Silahkan masuk,” Suruh Agni ramah lalu segera memanggil Bundanya agar segera turun kebawah.

“Bun… Ada tante Idha diluar. Cepetan.” Teriak Agni dari luar kamar Bundanya. Bundanya yang tengah asyik menonton tv dikamar pun segera keluar menemui tamu mereka. Sedangkan Agni kembali untuk melakukan aktifitasnya yang sempat tertunda.

“Ehh..” Ucap Agni ketika melihat cowok yang bersama tante Idha tadi kini tengah asyik membuka lembaran demi lembaran majalah sport punyanya.

“Eh, itu majalahku!” Ujar Agni lalu mengambil majalahnya dari tangan cowok itu. Cowok itu menatap Agni lama sekali berniat untuk membuat Agni salah tingkah namun Agni malah menanggapinya biasa-biasa saja.

“Gak nyangka gue ada cewek yang suka majalah olahraga.” Decaknya agak sedikit sinis. HELLO! SINIS? Emangnya siapa dia? Baru ketemu belom sempet satu jam aja udah berani gitu. Namun sama sekali tak dihiraukan Agni dan ia memilih masuk kedalam rumah dan berdiam diri dikamarnya melanjutkan aktifitasnya lagi.

*****

“Kak Cakkaa…” Teriak Acha saat ia baru saja pulang les bahasa Inggris. Ia sudah sangat mengenali sosok Cakka yang sudah ia anggap kakaknya sendiri,begitupula dengan Cakka.

“Hay, Acha! Lama kita gak ketemu,” Balas Cakka lalu memeluk adik Agni yang baru kelas 3 SD itu. Acha membalas pelukan Cakka.

“Kakak kemana aja? Kok udah lama gak nemuin Acha? Kangen tau.” Ucap Acha manja terhadap Cakka. Cakka mencubit hidung Acha pelan. Ia sangat suka dengan Acha dikarenakan ia anak tunggal dikeluarganya. Sedangkan sepupunya yang lain mempunyai adik atau nggak kakak. Cakka sangat ingin mempunyai adik. Dan dengan bertemunya ia dengan Acha, rasa itu sudah terobati.

“Kak Cakka ke London, Sayang. Kakak SMA 2 tahun disana, Sayang. Nah karena kakak kelas 3, kakak kembali lagi ke Indonesia.” Kata Cakka lalu menurunkan Acha yang tadi digendongnya.

“London? Berarti sama kayak kakak Acha dong?” Tanya Acha dengan muka heran. Cakka menatap balik heran ke Acha.

“Kakak? Emang Acha punya kakak?” Tanya Cakka yang sama sekali tidak tau. Acha mengangguk.

“Iyaa. Acha punya kakak cewek. Dia sayang banget sama Acha. Kakak Acha di London selama 3 tahun waktu kakak Acha sekolah SMP.” Jawab Acha dengan senangnya ia bercerita ke Cakka.

 “Kak, kok ngelamun?” Tanya Acha yang membuyarkan lamunan Cakka. Cakka lalu menggeleng dan mereka bermain bersama.

*****

“Pengen reunian sama temen-temen SD lagi. Ify, Sivia kemana kalian? Aku menunggu dirimu.” Renung Agni dikamarnya. Ia segera merogoh Bbnya dan dengan cepat mengetikkan pesan dengan mengirim double alias ke dua orang sekaligus. “Moga masih aktif,” Harap Agni.

To: Sivia Chubby + Ify Cantik
Haaii..
Masih ingat aku gak? Kita reunian yuk kawan.
By. Agni Tri Nubuati
From: Sivia Chubby
Aaaa… masih dong. Sumpah, aku kangen kamu, Ag! Ayuk reuniaann.. kapan? Dimana?
From: Ify Cantik
Ingat dong, Ag. Yuk, ayuk dimana? Udah lama nih aku gak ketemu kamu J
To: Sivia Chubby + Ify Cantik
Di Café CaGniAza oke?
From: : Sivia Chubby + Ify Cantik
Okee. Besok yaa.

Agni meletakkan hpnya lagi kepinggir kasur. Tak jarang Bbnya itu jatuh ke lantai dan tak jarang juga sudah beberapa kali di service, namun ia sama sekali tak jera untuk menaruhnya disana.

“Hoaamms. Ngantuk, malam ini malam Senin. Okee, wait yaa. Tunggu aku bintang.” Teriak Agni dikamarnya yang penuh dengan nuansa bintang-bintang. Ia pun segera menghempaskan dirinya dikasur dan terlelap ke alam mimpi untuk siang hari ini.

“Kakk…” Acha menggoyang-goyangkan tubuh Agni tiba-tiba. Agni yang rencanya untuk tidur pun dibatalkan. Hampir saja ia terlelap.

“Kenapa, Cha?” Tanya Agni males-malesan. Ia lalu ikut duduk dipinggir ranjangnya sama seperti Acha.

“Aku mau cerita kak.” Jawabnya. Agni menatap Acha dengan muka males. “Cerita apa?”

“Kakak tau kak Cakka gak?” Tanya Acha antusias. Cakka? Siapa tuh? Penjaga komplek sini ya? Atau penjaga makam #eh. Agni menggeleng tanda tidak tau. Sama sekali tidak mengenal Cakka yang namanya sangat asing baginya.

“Ihhh. Masa gak tau sih?” Tanya Acha sebel. “Lah? Emang kakak gatau mau gimana lagi?” Tanya Agni lemes. Matanya sudah tak bisa diajak kompromi. Kepalanya berat dan….

“GEDUBRAAAKKK!!!”

Agni tersungkur kelantai. Ia memegangi kepalanya yang sakit akibat mencium ubin. Acha malah ketawa cekikikan.

“Ihh! Jahat amat kamu, Cha. Gak nolongin kakakmu.” Sebel Agni. Ia duduk kembali ke tepian ranjang. Acha nyengir lebar.

“Abisnya aku cerita kakak malah matanya merem.” Acha cekikikan. Agni mendengus sebel.

“Oiya. Siapa tuh Cicak? Eh, Cakra? Siapa si tadi?” Tanya Agni yang berusaha susah payah buat mengingat nama Cakka. Tangannya mengusap-ngusap kepalanya yang sakit.

“Kak Cakka kak. Dia anak tante Idha.” Jawab Acha. Agni melongo. Anak tante Idha? Teman bundanya? Si songong itu? Hih. Agni bergidik ngeri.

“Dia baik loh, kak. Dia sayang banget sama Acha.” Baik? Gitu baik? Songong mah Iya. Acha mau-maunya sih ngebilang si songong jelek itu baik.

“Udaahh, Chaaa. Kak Agni mau tidur. Mau ikut kakak gak nanti malam? Tidur siang dulu sana.”  Suruh Agni ia lalu merebahkan tubuhnya. Tak berapa lama Agni pun terlelap. Acha malah ikut tidur disamping Agni.

*****

“Udaahh siaapp..” Teriak Agni dikamarnya sembari melihat dirinya didepan cermin. Dengan jeans panjang dan kaos lengan pendek berwarna hitam dan topi berwarna putih ia menyudahi dandanannya hari ini untuk bertemu dengan teman-temannya, Sivia dan Ify. Ia lalu melangkahkan kaki untuk memakai sepatu sneakers berwarna putih campur sedikit kehitaman. Lalu mengambil tasnya dan let’s go untuk pergi ke Café CaGniAza.

“Ag.. Mau kemana?” Tanya Bundanya ketika melihat Agni sudah siap dengan pakaian rapi namun simple itu. Agni memberhentikan langkahnya sebentar.

“Mau ketemuan sama Sivia dan Ify di Café CaGniAza, Bun.” Jawab Agni. “Agni pamit ya.” Agni lalu melangkahkan kakinya ke luar rumah dan tak lupa mengambil kunci mobilnya terlebih dahulu.

Agni mengendarai mobil jazz berwarna putih itu dengan kecepatan sedang saja. Ia menikmati perjalanannya kali ini. Melihat-lihat keadaan kota yang masih sedikit asri itu. Dengan pepohonan yang tertanam rapi dipinggir jalan membuat perjalanannya kali ini tidak terasa. Ia segera memarkirkan mobilnya ditempat parkir dan segera masuk ke dalam Café.

Ia segera menempati meja dipaling ujung yang paling dekat dengan kasir. Dan lebih cepat juga akan memesannya, pikirnya. Agni lalu mengeluarkan Bbnya dari kantong celananya dan segera mengetikkan beberapa keypad untuk mengirim pesan ke Sivia dan Ify.

To: Sivia Chubby + Ify Cantik
Hayy.. I’am udah nyampe! Hahaha, ditunggu cepet ya..
Send.

Agni lalu meletakkan Hpnya diatas meja. Ia lalu mengambil daftar menu makanan yang sudah terletak diatas meja. Tangannya membuka lembaran demi lembaran daftar menu tersebut. Dan saat sudah merasakan makanan yang cocok. Agni pun memanggil Waiters.

“Mba..” Panggil Agni. Disertai senyuman waiters itu menghampirinya.

“Mau pesan apa, Mba?” Tanya Waiters itu ramah. Ia sudah siap dengan buku ditangannya untuk mencatat semua pesanan Agni.

“Pesen Spaghetti sama Jus melon 3 porsi ya.” Pesan Agni. Waiters itu mengangguk dan segera beranjak dari sana. Agni mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja guna untuk menghilangkan kebosanannya. Tak jarang matanya sering melirik kearah pintu café siapa tau Sivia dan Ify telah datang.

“Lama banget si,” Lirihnya sembari melihat jam tangan berwarna kehitaman melingkar manis ditangannya dengan erat. Tiba-tiba ada yang mengagetkannya.

“Hay.” Sapanya. Agni mendongak, “SIVIA?” Tanya Agni memastikan. Orang itu mengangguk dengan senyum mengembang dibibirnya. Lesung pipit nya yang sangat menggemaskan pun ikut terlihat.

“Apa kabar, Ag? Lama ya di London. Pulangnya juga gak ngabar-ngabarin lagi.” Cibir Sivia. Agni meringis.

“hhe. Kejutan, tapi masa kamu gak tau? Aku udah balik ke Indonesia 1 minggu yang lalu tau.” Balas Agni. Sivia nampak bingung. “Emang Shilla gak ada ngabarin ya?” Lanjut Agni. Sivia kaget(lagi) mendengar nama Shilla. Apa Agni tidak tau?

“Loh, Ag. Kamu sama sekali gak tau kalo Shilla……” Sivia menggantungkan kalimatnya. Agni mendesak Sivia dengan tatapan penasaran.”Meninggal 2 tahun lalu.” Lirih Sivia kemudian. Agni shocked. Mengapa tak ada yang mengabarinya bahwa Shilla sudah meninggal? Kenapa dia bisa meninggal?

“Kenapa dia meninggal, Vi?”

“Dia meninggal karena kecelakaan. Ia meninggal bersama kekasihnya Gabriel. Mereka tertabrak mobil berdua.” Cerita Sivia. “Loh? Kok acaranya jadi mellow? Kita kan kesini mau senang-senang.” Ucap Sivia mencairkan suasana. Agni mengangguk. “Iya, Vi.”

“Hey. Kalian ngomongin apa?” Tanya seseorang yang tiba-tiba ikut nimbrung bersama mereka.”IFY?” Tanya Agni. Ify mengangguk lalu menyunggingkan senyum manisnya. Agni lalu sontak memeluk Ify begitupun dengan Ify yang membalas pelukan Agni. Mereka kini berkumpul kembali –SISA- minus Shilla.

“Gimana kabarmu, Ag? Makin lama makin cantik dan juga makin tomboy.” Kata Ify. Agni tersenyum kecil.

“Ini mbak pesanannya.” Waiters tiba-tiba datang membawakan 3 piring Spaghetti dan 3 gelas jus Melon lalu meletakkannya keatas meja.

“makasih,” Ucap Agni. Waiters itupun meninggalkan mereka. Mereka bertiga segera makan dan sesekali bercanda bersama.

“Oiya. Kalian sekolah dimana? Aku pengen ngumpul lagi bareng kalian.” Ucap Agni sambil menyeruput juice melonnya.

“kami sekolah di SMA Global Star Internasional School, Ag.” Jawab Sivia, Agni mengangguk sambil menyeruput esnya lagi.

*****

“Fy, mau nemenin aku gak beli accessories?” Tanya Via ketika mereka bertiga jalan-jalan di Mall. Yah, mereka kini berada di Mall setelah dari Café CaGniAza. Melepaskan kerinduan ketiga sahabat ini.

“Boleh deh. Ag, mau ikut?” Tawar Ify. Agni menggeleng. “Aku mau ke toko sport aja.” Ucap Agni. Sivia dan Ify mengangguk. “Hmm, yaudah. Aku sama Ify ke toko accessories dulu ya? Babay.” Pamit Sivia lalu beranjak dari sana. Agni juga melangkahkan kaki untuk pergi ke toko Sport untuk mengganti bola basketnya yang sudah lapuk.

           Agni mengelilingi toko tersebut sambil melihat-lihat bola basket yang terpampang dan dijual disana. Ia berniat memilih bola basket yang kualitasnya bagus, dan tak mau salah pilih lagi kayak bola basket yang berada dikamarnya. Masa bola basket gak mau mantul? Aneh kan. Makanya Agni tak mau salah pilih untuk kedua kalinya.

  Agni tengah mengambil bola basket yang sudah menjadi incarannya. Namun, tangan lain juga berniat untuk mengambil bola basket incarannya itu.

“Lo lagi! Lo lagi. Heh! Ini bola basket gue yang duluan pegang. Cari yang lain aja lo sana.” Suruh Agni yang tak sadar menggunakan bahasa anak gaul ‘Gue-Elo’.

“Anak manis gue juga males ketemu sama lo lagi. Cukup dirumah lo kemaren, gak usah gue ketemu lo lagi disini! Ini juga duluan gue yang megang. Lo liat tangan siapa yang berada dibawah.” Sangkalnya. Agni melihat tangan siapa yang berada dibawah, dan benar saja. Yang berada dibawah adalah tangan milik orang itu.

“Tapi niatnya duluan gue kali. Gue niatnya udah dari London.” Elak Agni tak mau kalah.

“Gue duluan yang pegang!”

“Lo ngalah dikit kek sama cewek. Lagian ini bola basket gak Cuma satu. Masih banyak tuh,”

“Nah. Lo tau kan bola basketnya banyak? Kenapa gak lo aja yang nyari bola basket yang lain?” Sinisnya. Agni merutuki dirinya sendiri karena salah ucap.

“Tapi bola ini yang gue mau. Lo aja yang cari yang lain sana,”

“Lo aja. Hati gue udah terpikat sama ini bola. Bolanya cantik.”

“Kalo cantik kawinin sono! Lo ngalah dikit kek sama cewek! Banci lo ah,”

“Lo cewek? Gue kira cowok. Pantes dadanya nyembul.” Ucapnya dengan muka mupeng. #ASTAGA? AMPUN MAK. GUE KHILAF. Wakakak._.v

“Idih. Ampun deh. Masih aja mata lo jelalatan, siniin bola basket gue!” Geram Agni.

“Bola basket lo? Sorry aja. Kapan lo beli ini bola? Bolanya aja masih nempel di toko.” Agni yang sudah sangat kesal pun lalu menginjak kaki cowok itu dengan sekuat tenaga agar tangan cowok itu lepas dari bola basket yang diincarnya. Dan, benar saja LEPAS! Agni tak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia langsung mengambil bola dan membawanya menuju kasir untuk membayarnya.

“Hihihi. Rasain,” Cekikik Agni saat melihat cowok itu memegangi kakinya yang kesakitan. Agni segera pergi meninggalkan toko sport tersebut dan berniat menemui Ify dan Sivia. “Rese banget tu cewek. Awas aja kalau sampe ketemu gue lagi.”

= Ditoko Accessories =

“Ini bagus nih, Fy. Iya kan?” Tanya Sivia saat ingin minta persetujuan Ify atas gelang yang dipegangnya. Namun,

DEG!

Jantungnya seakan hampir copot melihat siapa yang disampingnya. Cowok keren! Mata Sivia hampir tak berkedip menatap cowok yang disampingnya. Cowok itu menatap Sivia daannnn……… :p

= Ify =

“Viiaaaa.. pilihin kalung dong. Aku gak bisa milih nih,” Pinta Ify sambil melihat kalung yang berada ditangan kanan kirinya. Kepalanya geleng ke kanan dan geleng ke kiri terus melihat kalung yang dipegangnya dengan perasaan bimbang. #Eaaaa

“Sini aku pilihin,” Ucap seseorang. Ify menoleh dan shocked. Melihat siapa yang berada disampingnya lalu menoleh ke belakang ternyata Via jauh dari dirinya. Ify kembali menatap orang itu dengan senyum yang masih merekah dibibir orang yang disampingnya. Badan Ify langsung kaku. Gugup yang dirasakannya sekarang……

*****

Tidak ada komentar: