Senin, 26 September 2011

Aku dan Bintang (Part2)


# # #

= Ditoko Accessories =

“Ini bagus nih, Fy. Iya kan?” Tanya Sivia saat ingin minta persetujuan Ify atas gelang yang dipegangnya dan menarik-narik lengan baju orang yang disampingnya. Namun,

DEG!

Jantungnya seakan hampir copot melihat siapa yang disampingnya. Cowok keren! Mata Sivia hampir tak berkedip menatap cowok yang disampingnya. Cowok itu menatap Sivia dan Sivia dengan secepat kilat mengalihkan pandangannya dari cowok cool dengan wajah oriental tersebut.

“Maaf.” Gumam Sivia. “Aku kira tadi kamu temenku. Maaf ya, sekali lagi maaf.” Ucap Sivia yang sudah gugup akibat gemetaran. Cowok disebelahnya tersenyum yang membuat Sivia melayang kelangit ketujuh.

“Gapapa.” Ucapnya singkat lalu beranjak dari sana meninggalkan Sivia. Sivia senyum-senyum sendiri namun ada rasa kecewa ketika cowok tersebut pergi. Huft!

“Ganteng banget sih dia. Tapi sayang keburu pergi!” Batin Sivia mencak-mencak kegirangan dan agak sedikit sedih. Girang karena ia dapat melihat senyuman nya. Dan rasa sedih ketika ia pergi dari
sampingnya. Ingin rasanya ia berkenalan dengan cowok disampingnya tadi. Tapi masa cewek harus mulai duluan? Gengsi dong!

= Ify =

“Viiaaaa.. pilihin kalung dong. Aku gak bisa milih nih,” Pinta Ify sambil melihat kalung yang berada ditangan kanan kirinya. Kepalanya geleng ke kanan dan geleng ke kiri terus melihat kalung yang dipegangnya dengan perasaan bimbang. #Eaaaa

“Sini aku pilihin,” Ucap seseorang. Ify menoleh dan shocked. Melihat siapa yang berada disampingnya lalu menoleh ke belakang ternyata Via jauh dari dirinya. Ify kembali menatap orang itu dengan senyum yang masih merekah dibibir orang yang disampingnya. Badan Ify langsung kaku. Gugup yang dirasakannya sekarang.

“Eh, gak usah. Nanti ngerepotin.” Tolak Ify halus. Darahnya mengalir lebih cepat ke setiap denyut nadinya. Apalagi saat melihat cowok ini tersenyum! Oh, My God. It is amazing!

“Gakpapa kok. Lagian aku pemilik toko ini.” Ucapnya lagi-lagi tak ketinggalan senyuman manisnya dari cowok hitam manis ini. Yang membuat Ify melayang-layang dan tak pernah merasakan seperti ini sebelumnya.

“Pemilik toko ini? Berarti gue bisa sering-sering kesini dong? Harus.” Batin Ify semangat 45.

“Hmm.. yaudah deh. Pilihin yah. Soalnya aku paling gak bisa kalau harus memilih diantara dua pilihan. Hhe” Cengir Ify yang sebenarnya bisa dibilang sangat sangat lebay. Cowok itu terkekeh.

“Bisa saja kamu. Nih, menurutku ini yang bagus.” Ucapnya lalu memberikan kalung berbandul bintang berwarna biru mengkilat. Ify terkagum.

“Ohehe. Thanks ya. Sekarang aku mau bayar dulu.” Pamit Ify. Cowok itu mengangguk dan Ify menuju Sivia terlebih dahulu sebelum ke kasir. Perasaan nya berbunga-bunga. Jatuh cinta pada pandangan pertama.

“Viiaaaa! Ke kasir yuk. Sekalian mau nemuin Agni.” Ajak Ify. Sivia mengangguk lalu berjalan beriringan dengan Ify untuk membayar benda yang mereka beli masing-masing.

                     Ify dan Sivia kini tengah mencari Agni yang entah berada dimana didalam mall seluas ini. Ditelpon pun tidak diangkat. Namun akhirnya mereka melihat Agni tengah berdiri didekat lift sambil mencomoti ice cream ditangannya.

“Heh! Ini anak, ditelponin juga gak diangkat. Hampir aku sama Sivia mau pulang tau gara-gara gak nemuin kamu. Tapi kan karena aku baik, jadi aku mempertahankan tenaga ini untuk mencari dirimu yang sedang menunggu disini. Untung aku gak jadi pulang. Kalau aku sama Sivia pulang pasti kamu bakalan jenggotan disini nungguin orang cantik.”

Pletak.

Sebuah jitakan mendarat dikepala Ify dari Agni dan Sivia bergantian. Mereka kesal mendengar celotehan Ify yang tidak pernah memakai titik maupun koma. Dengan lancarnya ia mengucapkan semua kata seperti rel kereta yang sangat panjang. Yang dijitak malah manyun.

“Aduh, sakit tau!” Ringis Ify sembari memegang kepalanya akibat kena dua buah jitakan yang sangat nikmat sakitnya.

“Salah sendiri coba bicara gak pernah pake tanda titik maupun koma. Main nyerocos aja.” Komentar Agni yang diiringi sebuah kata persetujuan dari Sivia. Ify cemberut.

“Udah kebiasaan. Oiya, SiNi aku mau cerita ke kalian.” Ajak Ify lalu menarik Agni dan Sivia masuk ke dalam Café Anggrek. Ruangan café yang bernuansa serba putih itu sangat menyamankan siapa saja yang berada didalamnya untuk beristirahat sejenak.

“SiNi? Apaan tuh, Fy?” Tanya Sivia saat mereka kini duduk disalah satu meja café dipaling ujung dekat jendela yang menampakkan pegunungan disekitar mall tersebut.

“Sivia Agni. Hhe, bagus kan singkatannya? Aku mau cerita nih, denger ya.” Ucap Ify dengan muka sok penasaran. Agni menanggapinya dengan santai.

“Aku juga habis ini mau cerita.” Ucap Sivia semangat.

“Iya. Iya, tapi aku dulu. Tadi aku ketemu cowok ganteng. Kulitnya hitam manis. Terus orangnya murah senyum, baik lagi. Aaaaa, aku cinta dia!” Cerita Ify dengan muka berbinar-binar. Sivia kini alih bicara.

“Sama, Fy. Aku juga ketemu cowok ganteng banget! Terus sipit lagi. Huaaa, ganteng banget-bangetan deh. Wajahnya kayak orang korea gitu. Pengen banget aku kenalan ke dia. Tapi masa cewek harus duluan sih? Gengsi ah!” Cerita Sivia dengan akhir cerita yang cemberut. Agni melihat dua sahabatnya ini dengan bergantian.

“Enak banget kalian pada ketemu cowok ganteng! Lah aku? Yang songong mah iya.” Serah Agni lalu berkutik dengan BB ditangannya. Entah dia BBMan dengan siapa. Ada yang ngeaccept dia. Yasudah, diterimanya dan BBMan lah mereka. Orang itu juga tak mau menyebutkan namanya. Sungguh menyebalkan.  Tapi orangnya asyik! Sivia dan Ify lalu memasang muka ingin mendengarkan cerita Agni selanjutnya.

“Masa tadi waktu mau beli bola basket dia juga mau? Terus sempet rebut-rebutan. Tapi untungnya aku yang dapet ini bola. Orangnya lumayan ganteng. Dia anaknya temen bundaku. Tapi aku benci dia! He is my enemy!” Ucap Agni dengan muka kesal sambil meremas kedua tangannya. Gemes!

“Hhe. Hati-hati loh, Ag. Musuh bisa jadi cinta. Aww, so sweet sekali.” Goda Ify lalu menoel dagu Agni. Agni menepisnya.

“Betul tuh kata Ify. Hati-hati kayak temen kita si ka Zahra sama ka Dayat. Mereka kan akhirnya pacaran padahal sebelumnya musuhan terus. Kayak Anjing sama Kucing. Lah sekarang? Mereka jadi pasangan suami istri lagi. Anak mereka udah dua. Sama-sama kerja jadi pegawai. Terus nikah deh. Tapi kita bertiga kapan ya? Ahh. Gak usah terlalu dipikirin deh. Aku mau cari kerja dulu aja setelah 1 tahun udah lulus kuliah nanti. Kalo nanti udah jadi sarjana kedokteran lagi. Yah, cita-citaku kan jadi dokter………” Ucap Sivia terus-terusan tanpa memerhatikan kedua temen mereka yang sudah memasang muka kesal akibat celotehan Sivia yang sangat panjang melebihi Ify. Ify dan Agni lalu berpandangan dan…….

“SIVIA. UDAH BELOM CELOTEHAN LO YANG PANJANG KAYAK KERETA API? BOSAN KAMI DENGERNYA. AMPE LEBARAN MONYET KALO UCAPAN LO GAK DIPOTONG GAK BAKALAN SELESAI!!!” Teriak Ify dan Agni kompak. Sivia hanya menutup kedua telinganya dengan tangannya lalu nyengir lebar.

“Hhe. Sorry. Bawaan dari lahir!” Cengenges Sivia. Ify dan Agni meniup nafasnya. Huh!

“Emang bener bahwa ka Dayat sam ka Zahra udah nikah? Wah. Gak ada pajak pernikahan nih. Aku belum dibagi!” Cemberut Agni.

“Kita kesana aja yuk. Gimana?” Tawar Ify. Semua mengangguk dan segera menuju rumah Zahra-Dayat.

# # #

Tok. Tok..
Sivia dan Agni mengetuk rumah yang sederhana namun nampak sangat bersih itu. Membuat orang yang berkunjung kesana jadi betah dan tak akan mau segera pulang.

Tak lama seorang wanita cantik dengan pakaian yang lumayan bagus membukakan pintu. Yup, itu Zahra!

“Agni, Ify, Sivia?” Tanya Zahra menebak-nebak. Mereka semua mengangguk dengan cepat lalu tersenyum.

“Aaaaa.. Aku kangen kalian!” Zahra lantas memeluk ketiga temannya sekaligus mantan adik kelasnya itu. Ia nampak bahagia melihat teman sewaktu SD nya berkunjung kerumahnya.

“Kenapa, Ra?” Tanya seorang laki-laki lantas keluar menemui Zahra.

“ka Dayat?” Ucap Agni.

“Agni?”

“Ciie yang dulunya musuhan kini jadi sepasang suami-istri. Ohh, mesranya!” Goda Sivia. Zahra dan Dayat hanya tersipu malu. Pipi mereka merah merona.

“Ayo masuk. Gak baik diluar.” Ajak Zahra begitupun dengan Dayat. Sivia, Agni, dan Ify lantas mengangguk lalu memasuki rumah yang sangat adem dan masih asri itu. Agni kaget saat melihat siapa yang berada didalam rumah Zahra-Dayat.

“ELOOOO?!!” Ucap mereka kompak. Dayat, Zahra, Sivia dan Ify melongo melihat pertengkaran mereka berdua itu.

“Tadi lo di toko basket juga ada. Sekarang disini juga ada. Mau lo apa sih?!!” Kesal Agni melihat orang itu. Begitupun sebaliknya.

“Eiitts.. Tunggu. Kalian sudah saling kenal?” Sela Dayat yang melihat pertengkaran Agni dan Orang itu. “Kenal dimana, Kka?” Tanya Dayat. Ooh, rupanya orang itu Cakka.

“Kenal dimana ya? Lupa.” Ucap Cakka cuek lalu duduk di sofa dengan santainya tanpa memperdulikan Agni dkk.

“Ayuk kalian duduk. Nggak baik berdiri.” Suruh Zahra. Semua mengangguk. Mood Agni langsung berubah sepanjang perkunjungan mereka dirumah Zahra. Sedangkan Sivia, Ify, Zahra dan Dayat asyik bercanda-canda. Cakka? Ia sama sekali tak menghiraukan semuanya.

“Oiya. Hampir lupa. Cakka ini sepupu ku, Ag. Makanya dia berada disini.” Beritau Zahra.

“Gak penting, Ra. Aku juga gak mau tau tentang orang itu!” Sinis Agni. Zahra hanya tertawa kecil yang memang sudah tau bagaimana sifat Agni kalau dia benci dengan seseorang.

“Padahal ganteng loh, Ag. Aku aja mau.” Bisik Ify yang sebenernya menggoda Agni.

“Whatever,” Serah Agni lalu asyik memainkan BBMnya. Ia sedang asyik BBMan dengan orang yang sama sekali tak diketahuinya namanya. Orang itu memakai nama samaran.

BBM:
*Nb : A itu Agni. Sedangkan O orang dengan nama samaran.
A: Hey. Lagi ngapain lo? Gue lagi bete nih. Ada orang ngeselin dirumah temen gue!
O: Lagi BBMan aja. Yoi, sama banget. Gue juga lagi bete nih. Ada orang yang gue benci dirumah sepupu gue.
A: Ohya? Sama dong kalo gitu.
O: Eh, gue mau off dulu ya. Nanti disambung lagi, Oke?
Off~

“Kak. Gue mau pulang dulu ya. Bye,”Pamit Cakka lalu pergi ke dalam kamar dirumah Zahra untuk mengambil tasnya. Lalu dengan cepat ia keluar rumah, sebelumnya ia sempat melirik Agni yang tengah asyik dengan Bbnya.

# # #

“Bunda. Agni mau sekolah SMA di GSIS boleh?” Izin Agni pada bundanya. Bundanya tersenyum.

“Boleh lah sayang. Masa gak boleh?” Ucap Bundanya.

Agni memeluk bundanya. “Makasih, Bunda. Agni sayang bunda.”

“Mulai besok kamu sekolah ya? Nanti bunda akan daftarin dan Bunda nanti malam bakalan beliin seragamnya. Oke?” Ujar Bundanya. Agni mengangguk senang lalu mengecup pipi bundanya.

# # #
Kriinng.. Krinngg..
Alarm Agni tengah berdentang jam lima pagi. Mungkin kelihatannya sangat pagi. Namun, ini kesempatannya dulu untuk melihat bintang berkerlap-kerlip disaat pagi ini.

“Hoaamms.” Agni menguap lalu merentangkan kedua tangannya untuk merenggangkan otot-ototnya. Matanya masih merem melek. Namun, kalau urusan dengan bintang itu tak jadi masalah untuknya. Agni lalu melangkah menuju jendelanya berada. Dibukanya jendela dan ia dapat leluasa melihat bintang dipagi hari ini yang sangat banyak. Saat matanya menyapu semua pemandangan dibawah melalui jendela kamarnya. Ia melihat tiga orang tengah berlari di pagi hari ini.

“Itu siapa? Kok lari pagi sepagi ini? Gila apa ya?” Gumam Agni sendiri saat melihat tiga orang itu tengah menikmati acara lari paginya hari ini. Agni lalu memicingkan matanya saat ia melihat diantara tiga orang itu seperti dikenalnya.

“Cakka?” Agni kaget saat melihat orang yang berada dibawah itu. Ia buru-buru masuk ke dalam kamarnya sebelum Cakka melihat dirinya didepan jendela.

                Cakka tengah asyik duduk-duduk ditaman yang berada didepan rumah Agni. Ia kini tengah menikmati cuaca pagi hari yang masih sangat segar bersama kedua sepupunya.

“Hmm..” Cakka berdehem. Matanya merem menikmati udara pagi ini. “Gimana? Bener kan yang gue bilang kalo pagi-pagi gini udaranya enak banget!” Lanjut Cakka bangga sambil memperhatikan kedua sepupunya yang juga ikut merasakan keasrian udara pagi.

“Yoi, kka. Gue suka! Lain kali ajak gue lagi ya,” Ucap sepupu –sepupu yang pertama- Cakka yang sangat menikmati udara pagi sambil melihat bintang yang bertaburan dipagi ini.

“Hmm.. Kka, lo kapan masuk ke GSIS? Berita lo udah nyebar tau. Gue denger, banyak siswi yang ngebicarain lo. Katanya lo ganteng lah, apalah.” Ucap sepupu –sepupu yang kedua- Cakka sambil memperhatikan muka Cakka.

“Tapi lo gak ada ngebocorin kita yang pemilik sekolahan itu kan, Vin?” Tanya Cakka sambil memperhatikan rumah didepan taman yang jendela atas kamarnya itu terbuka. Ia curiga, kalau itu kamar.. Agni.

“Iya. Mana gue mau ngebocorin itu, bisa-bisa berabe ntar. Banyak yang minta tanda tangan gue nanti.” Balas Alvin –sepupu yang kedua- sambil bernarsis ria. Cakka dan –sepupu yang pertama- menoyor kepala Alvin. Alvin Cuma meringis.

“Kampret! Sakit tau. Gak pernah ngerasain ditoyor ya? Nih gue beri.” Alvin lalu membalas toyoran Cakka dan –sepupu yang kedua-dengan lebih kencang dan pastinya sakit.

“Somplak!! Gue gak segitunya ngetoyor lo. Lo malahpenuh nafsu ngenoyor gue!!” Protes –sepupu yang kedua- sambil mengusap-ngusap kepalanya.

Alvin nyengir, “Sorry masbos,Rio. Soalnya muka lo jelek sih, makanya gue nafsu.” Ejek Alvin kepada Rio –sepupu yang kedua-.

“Sialan lo!” Umpat Rio. “Udah, mending kita pulang. Nanti gue ke sekolah malah terlambat.” Lerai Cakka. Semua mengangguk lalu berlari ke rumah mereka masing-masing.

                        Agni kini sudah siap dengan seragam barunya yang berwarna biru dengan rok bermotip kotak-kotak biru putih. Ia sangat menyukai seragam sekolahnya ini. Ia lalu menguncir rambutnya dan bersiap-siap untuk pergi ke bawah buat sarapan.

                       Agni lalu dengan riangnya menuruni anak tangga rumahnya untuk sarapan bersama orang tuanya dan juga adik kecilnya. Senyuman mengembang dibibirnya.

“Pagi ayah, pagi bunda, pagi Acha.” Sapa Agni lalu duduk dikursi untuk sarapan. Ia lalu mengambil selapis roti dan mengoleskan selai kesukaannya yaitu selai chocolate.

“Pagi Agni.” Sapa Bundanya lalu tersenyum. “Ciie, anak bunda cantik ya make seragam sekolah barunya.” Lanjut bunda menggoda Agni. Agni Cuma tersenyum membalasnya.

“Pagi juga anak ayah.” Sapa Ayahnya tanpa mengalihkan pandangan dari koran yang tengah dibacanya.

“Pagi kak.” Balas Acha yang tengah asyik menonton kartun kesukaannya yaitu spongebob squerpants. Agni tengah lahap memakan sarapan paginya dan ia sudah menyelesaikannya. Agni lalu bersiap-siap untuk berangkat, ia lalu memasang sepatunya dan menyelempangkan tasnya ke bahunya.

“Agni, kamu sekolah bareng ayah atau nggak?” Tanya sang Ayah. Agni menoleh, “Bareng ayah dong. Agni lagi males pake mobil sendiri yah. Lagian Agni juga gak tau sekolahnya dimana.” Jawab Agni cengengesan. “Dasar kamu.” Ucap sang ayah lalu mereka berangkat bersama.

@SMA GLOBAL STAR INTERNASIONAL SCHOOL

Agni teperangah sekaligus kagum melihat sekolah barunya. Tak kalah dengan yang di London, pikirnya. Ia lalu memasuki koridor sekolah dengan riang dan segera menuju ruang kepala sekolah agar mengetahui kelasnya kelas apa dan dimana.

Tok.. Tok..

Agni mengetuk pintu ruang kepala sekolah.

“Masuk,” terdengar suara dari dalam yang menyuruhnya. Agni lalu masuk dan menemukan seorang perempuan paru baya yang tengah sibuk melihat data-data sekolahnya. Ibu itu lalu melirik Agni dan tersenyum.

“Kamu Agni?” Tanyanya. “Silahkan duduk,” Agni pun duduk dan mengangguk. “Saya kelas apa, bu?” Tanya Agni sopan.

“Kamu kelas XI-3. Kebetulan nanti ada murid baru juga. Jadi kamu tunggu sebentar disini ya.” Pinta kepala sekolah yang bernama Ibu Ira tersebut. Agni mengangguk kecil. Tak lama datanglah seorang cowok –murid baru- tersebut memasuki ruang kepala sekolah dengan sopan. Agni mengalihkan pandangannya dan ditemukannya sosok Cakka dan cowok sipit dibelakangnya. Agni shocked dan tak bisa berbuat apa-apa kalau harus berbarengan dengan Cakka ke dalam kelas. Sedangkan Cakka melihat Agni hanya tersenyum licik.

“Nak Alvin. Kamu antarkan Cakka ke kelas XII-3 dan Agni ke kelas XI-3 ya.” Pinta Ibu Ira menyuruh Alvin yang notabennya adalah ketua OSIS di SMA GSIS. Alvin mengangguk lalu mengantar Cakka dan Agni ke kelas yang dimaksud. Sepanjang jalan Agni memasang muka jutek yang gak ketolongan. Sedangkan Cakka malah memulai aksinya dengan mengeluarkan jurus coolnya  tujuannya agar cewek-cewek di SMA GSIS terpesona padanya. Dan benar saja, ia dan Alvin sepanjang koridor sekolah diteriaki oleh kaum hawa yang berada dikoridor. Agni hanya memandang jijik kelakuan Cakka.

“Udah sampe,” Ucap Alvin cuek lalu menunjuk kelas Agni –XI.3-. Agni main nyelonong masuk tanpa mengucapkan terima kasih dahulu terhadap Cakka dan Alvin. Alvin hanya mendecak kesal.

                Agni memasuki kelasnya dengan mood yang sudah hancur akibat Cakka. Ia lalu duduk disamping Sivia –mereka sekelas- yang kursinya masih kosong.

“Agni? Kamu sekelas sama aku? Aaaaa.. tak menyangka diriku. Ooiiya. Ify dikelas sebelah Agnoyy ku sayaangg” Ucap Sivia lebay lalu mencubit pipi Agni dengan gemas. Agni yang kesakitan Cuma mendelik kesal.

“Huh! Kenapa sih aku harus ketemu sama Cicak itu lagi? Nyebelin tau gak. Dimana ada aku pasti ada dia! Nyebelin.. nyebelin.” Agni lalu memukul-mukul meja dengan kesal. Dan sangat kesal. Ia lalu duduk dengan muka cemberut. Sivia hanya tertawa geli melihat tingkah Agni.

“Hhe. Yaudah. Kamu sabar aja, Ag. Oiya, sekarang bentar lagi ibu Winda masuk.” Ingat Sivia, ia lalu mengambil beberapa buku dari dalam tasnya dan pernak-pernik sekolah dikeluarkannya.

“Iya.” Agni juga lalu mengambil beberapa buku dan segera meletakkannya diatas meja.

*****

             Agni dkk dengan santainya menuju kantin. Banyak mata yang memperhatikan Agni. Mungkin terlihat asing dimata mereka. Maklum, kan Agni murid baru. Pindahan dari London lagi. Sivia, Ify dan Agni lalu melihat ke semua penjuru kantin. Kantin nya sangat besar namun terlihat penuh dan sesak. Cuma ada satu meja kosong dipojok kantin. Agni dkk lalu berjalan mengarah kesana.

“Fy, Ag. Kalian mau pesen apa? Biar sekalian nih.”Ucap Sivia lalu berdiri ingin beranjak memesan makanan kepada Ibu kantin.

“Aku pesen es jeruk aja deh.” Serah Agni lalu merentangkan kedua tangannya, penat.

“Aku sama kayak, Agni aja yaa.” Sivia mengangguk lalu berjalan menuju ke arah Ibu kantin dimana berada. Sangat sesak. Namun, karena Sivia sudah sering masuk ke dalam dan membantu-bantu Ibu kantin membuatkan makanan. Jadi, ia sekarang sangat mudah membuatkan pesanan sahabat-sahabatnya.

“Pesen bakso 3.” Pesan seseorang kepada Sivia. Sivia mendongak dan melihat siapa pemilik suara yang memesan itu. Mata Sivia terbelalak saat melihat siapa yang berada didepannya. COWOK YANG DITEMUINYA DI TOKO ACCESSORIES!!

“Eh, elo kan yang ditoko kemaren ya?” Tanya nya. Sivia mengangguk ragu. “Ternyata adik kelas gue toh. Baru tau!” Lanjutnya lalu mengalihkan pandangannya ke tempat dimana sepupunya berada. Sivia cepat-cepat membuat pesanan temannya dan meninggalkan kantin yang penuh sesak itu.

*****

Tidak ada komentar: