Senin, 26 September 2011

Aku dan Bintang (Part3)


*****

 “Eh, elo kan yang ditoko kemaren ya?” Tanya nya. Sivia mengangguk ragu. “Ternyata adik kelas gue toh. Baru tau!” Lanjutnya lalu mengalihkan pandangannya ke tempat dimana sepupunya berada. Sivia cepat-cepat membuat pesanan temannya dan meninggalkan kantin yang penuh sesak itu.

“Hosh.. Hosh!” Sivia sampai dengan ngos-ngosan dimeja Ify dan Agni dimana berada. Ify-Agni menatap Sivia bingung.

“Kenapa kamu?”

“Dikejar hantu ya? Atau dikejar macan?”

Pertanyaan konyol terlontar dari mulut Agni dan Ify. Sivia mengatur nafasnya yang ngos-ngosan seperti orang asma.

“Ipyy.. Ternyata cowok yang aku liat kemaren itu kakak kelas kita. Astaga, tapi kok aku selama sekolah disini gak pernah ngeliat dia ya?” Tanya Sivia kepada dirinya sendiri dengan bingung.

“Yajelas kamu gak liat. Orang waktu kelas X aja kamu kutu buku, Vi. Diam nya diperpustakaan terus. Gimana mau ngeliat kakak kelas yang cakep-cakep.” Komentar Ify sambil menyeruput es jeruknya. Agni mengedarkan pandangannya.

“Cakka? Sama orang yang tadi lari pagi ya? Berarti yang nganter aku tadi orang yang ku liat tadi pagi dong?” Gumam Agni saat melihat Cakka dkk. Ify dan Sivia mengikuti kemana arah mata Agni melihat.

“WHAATTT?? ITU COWOK YANG KU LIAT KEMAREN!! YANG MILIHIN KALUNG.” Teriak Ify histeris. Sampai-sampai seluruh murid dikantin melihat ke arahnya. Sivia dan Agni jadi ikutan malu sendiri karena tingkah Ify. Agni lalu menarik tangan Ify dengan kasar sehingga Ify terduduk.

“Fyy.. Kamu bikin malu tau gak!” gereget Agni ingin sekali meremas-remas tangan Ify. Ify Cuma nyengir.

“hhe. Itu Ag. Apa itu, spontan Ag. Hhe, Iya kan Vi?” Ify menyenggol Sivia dengan lengannya untuk meminta persetujuan. Tapi Sivia hanya memeletkan lidahnya.

“Yang kamu liat kemaren kak Rio ya, Fy?” Tanya Sivia sambil mengaduk-ngaduk es nya. Ify mengangguk. “Jadi namanya Rio ya, Vi? Aaa. Namanya bagus seganteng orangnya.” Lagi-lagi Ify histeris namun suaranya dikecilkan.

“Berarti yang kamu liat kak Alvin dong, Siv?” Tanya Ify dengan tatapan pengen tau. “Iya kali.” Jawab Sivia seadanya.

“Heh! Cewek jadi-jadian.” Tiba-tiba Cakka mendatangi Agni dengan nada mengejek. Dibelakang Cakka ada Rio dan Alvin.

“Apa lo? Kalo gue cewek jadi-jadian terus lo apa dong? Playboy sok kegantengan atau cicak kudisan?” Ketus Agni. Ia semakin kesal saat melihat Ify dan Sivia tengah asyik berkenalan dengan Rio dan Alvin, begitupun sebaliknya.

“Gue CAKKA! Bukan CICAK!” Cakka tak kalah ketusnya.

“Ohya? Terus gue nanya?” Jawab Agni santai dengan tawa mengejek. “gue gak mau nyari masalah sama lo. MA-LES!” Agni lalu menarik kasar tangan Sivia dan Ify yang tengah asyik tuker-tukeran nomor hp dengan RiVin.

“Nanti aku sms yaa, Fy!”

“Gue nanti ngsms lo, Viiaaa..”

Teriak Alvin dan Rio dengan muka berseri-seri.

“Woy cecunguk. Gue lagi berantem lo malah asyik-asyikan kenalan sama temennya cewek jadi-jadian. Gak sohib lo berdua!” Cakka lalu menjitak kepala Rio-Alvin dengan nafsu.

*****

                  Agni lalu menghempaskan tubuhnya diatas sofa diruang tamunya. Mukanya ditekuk. Hari ini adalah hari buruk baginya.

“Kak Agni kok cemberut?” Tanya Acha yang baru saja datang dari kamarnya. Ia dengan seksama memperhatikan muka Agni.

“Itu loh, Cha. Kak Cakka mu sungguh nyari masalah sama kak Agni!” Sungut Agni sebal. Lalu memakan cemilan dengan lahapnya. Acha membulatkan matanya.

“Ihh. Masa lagi sebel makannya lahap gitu?” Tanya Acha heran. Agni Cuma nyengir.

“Kenapa kamu, Ag? Gimana sekolah barunya? Rame?” Tanya Bundanya lalu duduk disamping Acha dan membelai rambut putri bungsunya itu.

“huaaaaa! Gak rame, Bundaa. Malah nyebelin hari ini. Huhu” ringis Agni dengan manjanya. Bundanya tersenyum kecil.

“Hmm. Baru pertama aja kali, Ag. Oh iya, hari ini kamu nanti siap-siap ya jam 03 sore. Bunda sama Ayah mau kerumah Tante Idha.” Pesan Bundanya. Agni melotot.

“Hah? Kerumah Tante Idha? Gak, aku gak mau, Bun. Yang nyebabin hari ini sangat buruk bagi dede itu anaknya tante Idha. Dede gak mauuuuu.” Tolak Agni histeris. Ia mencak-mencak.

“Harus mau, kamu harus nemenin bunda. Kalau nggak kamu bunda kembaliin lagi ke London bersama nenekmu. Mau?” Kata Bundanya yang lebih menjurus mengancam. Agni menarik nafas dan mengangguk dengan lesu.

Agni sama sekali tak mau kembali lagi ke London karena disana neneknya sangat cerewet. Agni tak boleh ngelakuin itu, gak boleh ngelakuin ini. Harus bersikap seperti wanita kayak sepupunya Zevana. Idih, neraka di dunia itu bagi Agni.

“Baguuss,” Teriak Acha sembari memperagakan seperti Bundanya. Yang semakin membuat Agni kesal, Bundanya hanya tertawa renyah melihat kelakuan kedua putrinya.

******

                 Agni sedang asyik berkutat dengan laptopnya. Walaupun jam sebentar lagi menunjukkan hampir jam tiga sore. Ia sama sekali tak mau beranjak dari atas kasurnya. Apalagi harus menemui si cicak kudisan. Apa kata dunia? Hii. Agni bergidik tanda ngeri. Ia menatap jam yang lima menit lagi jam tiga sore. Tapi Agni hanya memeletkan lidahnya ke arah jam dinding.

“Mau kamu sampe jam empat juga aku gak bakalan mau kerumah cicak kudisan!” Agni memeletkan lidahnya ke jam dinding. Lalu beralih lagi ke layar laptopnya.

“AGNIII! CEPETAN. BUNDA SAMA AYAH BENTAR LAGI PERGI. KALAU NGGAK JATAH UANG SAKU SEKOLAH KAMU SAMA SEKALI GAK ADA!” Ancam Bundanya dari luar kamar Agni. Agni merengut mendengar ancaman itu. Terpaksa ia harus segera berdandan dan memakai dress selutut berwarna putih ke ungu-unguan.

                          Tak selang berapa lama Agni telah siap dengan dress berarwa putih ke ungu-unguan miliknya yang baru saja dibelikan bundanya. Ia memakai pita keperakan dipinggangnya dan bandana berwarna ungu dikepalanya. Ia sangat cantik berpenampilan seperti ini. Namun sayang. Ini bukanlah tipe fashion yang disukainya. Ia segera memakai higheelss berwarna putih kekuningan dan segera menemui Acha, Bunda dan Ayahnya diruang tengah.

“Wah. Anak ayah cantik.” Puji Ayahnya saat melihat Agni. Yang diperhatikan hanya memasang muka Be Te.

“Yasudah, ayuk kita berangkat nanti kita terlambat. Ini saja sudah jam tiga lewat 10 menit.” Kata Bunda Agni. Akhirnya mereka pun berangkat kerumah keluarga Nuraga.

@Rumah – Keluarga Nuraga –

                  Rumah Agni dan Rumah Cakka sama sekali tak jauh. Hanya berbeda blok saja. Agni di Blok C sedangkan Cakka di blok E. sekarang mereka sudah sampai dan muka Agni masih saja dengan tampang ‘cemberut’ memasuki rumah keluarga Nuraga.

“Agni. Muka mu jangan gitu dong, Sayang. Gak baik,” tegur Bundanya setengah berbisik. Ayah Agni kini mengetuk pintu rumah yang sangat besar itu. Tak berapa lama terlihat seorang wanita paru baya kini tengah keluar dari pintu rumah itu yang tak lain siapa lagi kalau bukan, Tante Idha.

“Eh jeng, silahkan masuk.” Ucap Tante Idha ramah. Keluarga Agni lalu memasuki rumah yang sangat nyaman itu.

@Ruang Makan

“Wah. Agni beda banget ya, jeng. Pakai gaun tambah cantik dan manis.”Puji tante Idha yang terus memperhatikan Agni. Agni yang dipuji hanya tersenyum, senyum masam. Matanya melihat-lihat ke seluruh ruangan. Niatnya sih mau nyari Cicak kudisan.

“Oiya. Saya hampir lupa, Cakka.. Cakkaa sini sayang.” Panggil Tante Idha. Cakka yang dipanggil pun hanya mendecak kesal. Ia paling males kalo sudah disuruh di acara-acara seperti ini. Apalagi harus ketemu Cewek jadi-jadian. Cakka melangkah lesu ke ruang makan dengan muka ditekuk.

“Hmm. Jeng, suami mu mana?” Tanya Bunda Agni disela-sela memakan makanannya.Tante Idha tersenyum.

“Suami saya lagi tugas ke luar negeri, Jeng. Makanya gak bisa ikut disini.” Jawab Tante Idha. Bunda Agni hanya mengangguk tanda meng’Oh’kan.

“Niat mama sama Bunda Agni berkumpul disini ingin menjodohkan kalian, kka.” Ucap Tante Idha disela-sela makannya. Agni dan Cakka yang sedang meneguk makanan pun hampir tersedak.

“Hah? Dijodohin? Gak mauuuuuu!” Tolak Agni dan Cakka serempak. Ia menatap orang tuanya masing-masing.

“yee.. kak Cakka bakalan jadi kakak Acha. Yeyeye.” Teriak Acha girang. Cakka dan Agni hanya melihat Acha yang senang dengan tersenyum masam.

“Ayah. Bunda. Agni gak mau dijodohin, Agni bisa nyari pacar sendiri kok, Yah, Bun. Ayolah, ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi. Ah, bunda sama ayah gak asik ah.” Rengek Agni kayak anak kecil dengan memasang tampang memelas.

“Cakka gak mau, Ma. Cakka lagian juga udah punya pacar. Ayolah, Batalin ya Ma? Mama baik deh. Kalo Cakka dijodohin nanti pacar Cakka gimana?” Ucap Cakka berbohong demi kebatalan perjodohan ini.

“Gak ada tapi-tapian. Kalian tetap akan kami jodohkan. Sekarang Agni dan Cakka ke halaman belakang” Tegas Mama Cakka. Agni dan Cakka pun dengan langkah gontai menuju halaman belakang.

@Halaman Belakang

“Huaaa. Bintang! Gimana ini? Masa aku harus dijodohin sama Cicak kudisan? Apa kata dunia.” Adu Agni kepada Bintang yang layaknya seperti ia mengadu dan bercerita ke seseorang. Ia mencelupkan kakinya ke dalam kolam air renang. Dan diayun-ayunkannya.

“gue juga gak mau dijodohin sama cewek jadi-jadian kayak lo.” Ujar Cakka lalu duduk disamping Agni. Agni menatap Cakka males lalu menatap ke arah langit yang kini penuh dengan bintang.

“Oiya. Gue nemuin ini nih tadi didepan pintu taman belakang. Punya lo ya? Penuh sama fhoto bintang-bintang.” Cakka lalu menyerahkan sebuah buku yang memang milik Agni.

‘Ternyata dia ada sisi baiknya juga ya.’ Batin Agni yang tengah merasa nyaman didekat Cakka.

“Thanks.” Ucap Agni singkat lalu menaruh buku itu ke dalam tasnya lagi. Cakka ikut mencelupkan kakinya ke air kolam renang. Terlihat genangan cahaya bulan nampak di kolam renang. Hening terjadi diantara mereka.

“Kenapa suka sama bintang?” Tanya Cakka membuka keheningan malam itu. Yah, entah kenapa mereka males sekali saat ini berdebat dengan yang sebenarnya masalah tidak penting. Agni menghembuskan nafasnya.

“Gue suka sama bintang sedari kecil. Dulu gue gak punya teman seorang pun. Semuanya ngejauhin gue karena gue jelek. Gue dulu kutu buku. Makanya gue dulu make kacamata yang super besar. Orang yang gue anggep temen pasti ngejelek-jelekin gue. Sampai saat itu gue punya teman yang baik sama gue. Dia gak ngebeda-bedain gue sama yang lain. Gue senang banget ketemu dia, namanya Bintang. Dan gak berapa lama setelah gue temenan sama dia, dia meninggal dunia karena kecelakaan dan dia jatuh ke jurang yang dalem banget. Dan mulai saat itu, gue Cuma bisa ngadu ke bintang. Gue yakin dia selalu liat gue diatas sana.” Cerita Agni diiringi senyum manisnya. Cakka mendengarkan cerita Agni dengan seksama.

“Hmm. Sorry gue ngungkit semua masalah lo dulu. Gue gak tau.” Cakka meminta maaf dengan Agni. Agni hanya mengangguk kecil.

“tumben kita gak berantem.” Celetuk Agni melirik Cakka jail. Cakka yang tengah main air pun meliriknya.

“Oooh. Jadi pengen kita berantem nih jadinya?” Cibir Cakka.

“Hhe. Enggak ah. Males gue kalo berantem terus sama lo. Bosaaann. Sekalian gitu saat berantem gue mau nyeburin lo ke jurang.” Agni cekikikan.

“Oohh. Siapa yang terjun ke jurang duluan.” Sindir Cakka lalu dengan cepat berdiri dan menceburkan Agni ke dalam air kolam. Cakka tertawa puas.

“Aaaaahh, Cakka. Dingin tau, gue jadi basah kan!” Ngambek Agni. Ia lalu naik dengan muka ditekuk. Ia menggigil kedinginan.

“Yah, maafin gue, Ag.” Cakka merasa bersalah lalu duduk didekat Agni. Agni melirik Cakka yang mukanya sangat melas seperti anak kucing minta dibuang.

1

2

Krik

Krik

Byuuurrrr!!!

Agni mendorong Cakka hingga jatuh ke kolam renang.

“hahahaha. Salah sendiri ngerjain gue.” Agni tertawa lepas melihat Cakka basah kuyup tenggelam dikolam.

“Awas lo, Aagggg..” Teriak Cakka geram lalu naik dan mengejar Agni. Agni yang dikejar pun lari dan tak sengaja kakinya tersandung dan Agni terjerembab dilantai. Cakka yang tak bisa mengontrol larinya pun….

“AWWAAASSS..” teriak Agni dan..

GUBRAAAKKKK!

Cakka jatuh tepat diatas tubuh Agni. Cukup lama mereka berposisi seperti itu. Entah setan apa yang merasuki mereka berdua.lama-lama Cakka mendekatkan wajahnya ke wajah Agni semakin lama semakin dekat dan jarak diantara mereka telah terhapuskan. Cakka melumat bibir mungil tipis Agni pelan. Agni hanya bisa pasrah dan merasakan hembusan nafas mereka beradu. Selang beberapa menit mereka beradegan itu dan Cakka melepaskan ciumannya.

“Sorry, Ag. Gue beneran gak sengaja. Tiba-tiba aja gue bisa ngelakuin itu.” Cakka merasa gugup, salting dan merasa bersalah. Ia membantu Agni berdiri.

‘First kiss aku sama Cakka?’ Batin Agni tak percaya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Cakka lalu menarik Agni untuk duduk dipinggir kolam.

“Ag. Gue beneran gak sengaja. Lo mau kan maafin gue?” Sesal Cakka. Agni tersenyum kearah Cakka.

“Gakpapa kok.” Gumam Agni. Cakka mendongak, mukanya terlihat senang. “Makasih, Ag.” Cakka melihat Agni yang memeluk kedua tubuhnya dengan tangannya. Ia merasa kedinginan. Bunda dan Ayahnya pun masih lama untuk pulang. Ia menggigil sekali.

“Ag. Lo kedinginan?” Tanya Cakka lembut. Agni menatap Cakka dengan tubuh bergetar kedinginan.

“Iya..kk..a” Gemetar Agni. Tiba-tiba Cakka langsung menariknya kedalam pelukan Cakka. Agni merasakan sebuah kehangatan didapatkannya dari Cakka. Berbeda dengan mantan-mantannya sebelumnya. Ia sangat merasakan kehangatan malam ini bersama…..Cakka.

*****

@SMA GLOBAL STAR INTERNASIONAL SCHOOL

                        Cakka bermaksud untuk datang lebih pagi ke sekolah hanya ingin menemui Agni. Yang mungkin akan menjadi calon istrinya kelak. Rasa bencinya yang ada saat pertama kali bertemu Agni kini terhapus dengan sendirinya saat kejadian malam itu. Malah, ia kini memiliki rasa berbeda dengan Agni.

“Hey,” Panggil Cakka yang dimaksudkan untuk Sivia. Sivia mendongak dan mendapati Cakka berdiri didepan pintu kelasnya.

“Aku kak?” Tanya Sivia sambil menunjuk dirinya sendiri dengan muka bingung. Ify yang berada disebelahnya pun juga heran plus bingung.

“Iya.” Cakka lalu menghampiri mereka berdua. “Agni mana? Kok gak kelihatan?” Tanya Cakka to the point. Sivia dan Ify melongo ‘tumben kak Cakka nyariin Agni.’ Pikir keduanya.

“Hmm. Gak tau kak. Agni gak ada ngabarin kami berdua.” Kata Ify.

“Hmm. Yasudah. Thanks ya,” Cakka lalu meninggalkan Ify dan Sivia dengan raut wajah kecewa.

“Vii.. tumben kak Cakka nyariin, Agni.” Bisik Ify. Sivia mengangguk. “Iya, aneh ya?” Balas Sivia. Mereka lalu melanjutkan acara belajar bersama mereka yang tertunda.

**

“Argghhh! Agni kemana sih?” Cakka mengacak-ngacak rambutnya sendiri karena kesal yang tak tahu keberadaan Agni kini dimana. Ia menggebrak mejanya sendiri yang diikuti tatapan bingung dari Alvin dan Rio. Ia duduk kasar dikursinya.

“Wetts, bro. Lo kenapa? Tiba-tiba nyariin, Agni?” Tanya Rio lalu duduk diatas meja Cakka yang diiringi oleh Alvin. Namun, Alvin duduk didepannya.

“Gue dijodohin sama dia.” Ujar Cakka. Rio dan Alvin tersentak kaget. Hampir saja ia jatuh dari tempatnya masing-masing. Jantungnya serasa mau copot. Mata mereka hampir keluar. #lebayamatyak =,=”

“Hah? Gimana bisa? Wah,” Kata Alvin dengan tatapan tak percaya yang juga diiringi oleh Rio. Cakka mendelik kesal.

“Ya mau gimana lagi. Orang tua gue udah nyetujuin. Apalagi yang ngotot banget itu mama. Gue gak bisa ngapa-ngapain,” Serah Cakka. “Tapi gue udah mulai cinta sama dia.” Lanjut Cakka yang berhasil membuat Rio dan Alvin terjengkang  jatuh.

“Masaa Iyaaa? Lo kan musuhaan sama diaaa?” Teriak Alvin lebay dengan histeris. Tak lama kemudian Rio memasukkan segumpal kertas ke mulut Alvin.

“Apasih lo, Io. Sadis amat!” Sungut Alvin lalu membuang kertas itu dari mulutnya.

“Rasa musuh itu begitu aja hilang dari diri gue. Gue juga gak tau gimana bisa gitu,”Jelas Cakka. Alvin dan Rio Cuma manggut-manggut tanda mengerti.

“Gue dukung usaha lo, Bro. Gue dukung semua yang menurut lo baik.” Ucap Alvin dan diangguki oleh Rio.

“Thanks, kalian emang sepupu dan sahabat gue yang terbaik.” Cakka tersenyum. Alvin dan Rio merangkul Cakka dengan rasa turut gembira.

Drtt.. Drrrtt..
Tiba-tiba hp Cakka bergetar. Pertanda sebuah telepon masuk di handphonenya. Cakka dengan sigap memencet tombol berwarna hijau untuk mengangkat telepon tersebut.

“Hallo tante. Kenapa, tan?” Jawab Cakka saat menerima telepon itu. Alvin dan Rio berpandangan heran.

“Apa? Baik tante. Cakka segera kesana!” Cakka lalu mematikan handphonenya dan segera berlari meninggalkan kelas. Rio dan Alvin juga mengikuti Cakka.

*****

Tidak ada komentar: